Jayapura : Penasehat Fraksi Partai Demokrat DPR Papua, DR. Yunus Wonda SH,MH mengatakan, dalam konteks apa pun dan dalam situasi politik apa pun dalam kebutuhan apa pun, sesama orang asli Papua dari Sorong sampai Samarai tidak boleh ada perbedaan dengan istilah orang gunung, orang pantai, orang selatan, orang lembah.
“Istilah istilah seperti ini harus kita kubur dan kubur. Karena Tuhan tidak menciptakan kita sebagai orang Papua untuk di kotomi gunung, pesisir, selatan, lembah. Tuhan ciptakan kita kulit hitam rambut keriting untuk menjaga pulau yang besar dengan sumber daya alam yang kaya untuk kita jaga,”kata Yunus Wonda lewat pesan singkatnya kepada Pasific Pos, Selasa 5 April 2022.
Kata Yunus Wonda, saudara saudara Non Papua saja yang datang ke Papua dan Papua Barat di terima dengan baik, hari ini dan hidup berdampingan dengan kita dengan baik. Tapi kenapa kita malah sesama orang asli Papua mulai hidup saling membedakan.
Untuk itu, Wakil Ketua I DPR Papua ini mengingatkan, kepentingan politik apa pun dan target politik apa pun jangan pernah menciptakan perbedaan antara orang gunung, orang pantai, orang selatan, orang lembah.
“Apa pun target politik jangan pernah kita membuat statement statement yang mengarah kepada perpecahan perpecahan sesama orang asli Papua.
Kita orang Papua kulit hitam rambut keriting kita tetap orang Papua sampai Tuhan datang. Sekali lagi saudara saudara kita non Papua kita bisa menerima mereka, hidup berdampingan dengan kita, lalu kenapa kita sebagai orang asli Papua justru saling membedakan bedakan,” ujar Yunus Wonda.
Harusnya tandas Politikus Partai Demokrat itu, yang kita bicarakan hari ini bagaimana untuk selamatkan warisan anak cucu kita. Untuk itu, mulai dari sekarang kita harus berhenti jual tanah disana sini, kalau tanah semua dijual lalu anak cucu kita mau tinggal dimana.
“Jangan kita buat kesalahan yang nantinya anak cucu kita tidak punya tanah lagi dan akhirnya mereka harus kos rumah atau kontrak rumah sehingga mereka seperti orang pendatang diatas tanahnya sendiri,” ucapnya.
Terkait dengan hal itu, legislator Papua ini menghimbau kepada semua tokoh tokoh adat, kepala kepala suku serta ondoafi untuk bersama sama lebih perketat saat ada warga yang mau jual tanahnya.
“Ini menjaga, karena jangan sampai anak cucu kita tidak memiliki tanah diatas negerinya sendiri,” tekannya.
“Kepada tokoh tokoh adat, kepala kepala suku, dan ondoafi ondoafi dari Sorong sampai Samarai jangan pernah kita memberikan mahkota adat, memberikan marga kita kepada semua tamu tamu yang datang dari luar Papua. Jadi perlu ingat, disaat kita memberikan mahkota dengan tarian dan pesta adat. maka saat itulah semua kekuatan adat, dan kekuatan alam sadar kita telah memberikan kekuatan alam kita kepada orang lain,”tandasnya.
Sehingga dampak yang akan hilang kata Yunus Wonda adalah wibawah adat, kharisma adat, kekuatan alam. Agar kedepan semua itu tidak akan hilang, makanya lihat disamping kanan kiri kita sudah berapa banyak tanah dan berapa banyak luasan tanah yang masih tersisa.
“Jadi, mari kita semua sebagai ras melanesia yang Tuhan Allah taruh kita kulit hitam rambut keriting, mari kita jaga hutan kita yang tinggal sedikit ini. Pohon sagu kita yang tinggal sedikit, tanah kita yang tinggal sedikit, buah Matoa yang tinggal sedikit, dusun kita yang tinggal sedikit. Dan yang paling utama namun sangat memprihatenkan karena jumlah orang asli Papua yang tinggal sedikit. Untuk itu, mari kita selamatkan semua yang masih tersisa hari ini,” tegas Yunus Wonda. (Tiara).