Oleh : Aulia Ichsan
Jayapura – Pandemi melanda bumi Cendrawasih dengan perlahan tapi pasti. Angka-angka yang terpapar mulai muncul secara perlahan dan meningkat setiap hari.
Tindakan pencegahan segera dilakukan untuk mengatasi pandemi dengan melakukan lockdown termasuk bidang transportasi dan membatasi dunia usaha dengan waktu yang terbatas.
Gelombang ekonomi mulai terasa terganggu dimana usaha kecil mulai terhenti. Sungguh ada tanggung jawab sosial dan ekonomi dari Pemerintah dan masyarakat.
Dulu kala apabila dilihat dari kisah lain seperti tsunami yang menghujam bumi sebagai contoh dari keadaan yang tidak jauh dari kondisi saat ini.
Satu dua insan selamat namun lebih banyak yang menjadi mayat. Namun mereka semua yang selamat pun harus hidup rukun dalam kesengsaraan tanpa ampun dan apakah pandemi ini juga akan membawa kisah yang sama.
Lihatlah kondisi pada waktu tsunami dulu dimana banyak kisah pilu dalam wajah sendu dan teringat atas keluarga yang telah tiada tersapu gelombang dahsyat yang datang tanpa ada pemberitahuan sama seperti saat ini dimana Covid-19 datang menghampiri Bumi Cendrawasih.
Dapat dilihat di pojok rumah-rumah ada keluarga yang menghambah nafkah sambil merasakan kondisi di awal pandemi menghampiri dan kesulitan mencari nafkah sangat dirasakan oleh masyarakat terutama usaha kecil dan menengah.
Apakah kondisi ini akan menjadi pelajaran atau hanya akan berlalu tanpa kisah dan pasrah tanpa mampu memberikan nilai tambah?.
Ataukah pilihan coba diambil dan diperbuat dengan semangat yang tinggi, mengukir manfaat yang akan membuat kemenangan dari kondisi ini dan akan kembali ke dalam keindahan dalam bersosialisasi dan melaksanakan kegiatan perekenomian dengan lebih baik.
Saat ini, semua pihak harus saling mendukung baik pemerintah dan masyarakat. Kondisi pandemi memukul perekonomian nasional, maka di topang kokoh dengan berbagai bantuan sosial, ekonomi serta kesehatan.
Semua ini dilakukan untuk menjaga daya beli, perekonomian bangsa dan yang paling penting rakyat Indonesia.
Lihatlah bagaimana dana desa diarahkan untuk mendukung bangkitnya ekonomi lokal. Semua itu disinergikan agar minat dari warganya dalam mencari nafkah, mengembangkan usaha maupun menuntaskan pendidikan dapat terjaga dengan baik.
Dari sisi infrastruktur desa yang dibangun bukan semata-mata hanya untuk meningkatkan aktivitas perekonomian lokal tapi proses pembangunannya pun menggunakan tenaga kerja dari desa setempat, bahan baku yang digunakan dibeli di toko bangunan yang ada disekitar wilayah desa sehingga sarana dan prasarana yang dibangun akan menjadi suatu hal yang penting bagi kemaslahatan masyarakatnya.
Langkah-langkah strategis ini membuktikan bahwa dana desa tidak hanya terkait dengan alokasi dalam bentuk angka-angka saja melainkan dalam memiliki makna yang nyata untuk menjadikan Indonesia lebih berjaya yang dimulai dari pedesaan.
Apalagi bila dilihat dari anggaran dana desa yang ada di wilayah Papua yakni mencapai Rp5.350,39 miliar untuk 5.411 desa.
Artinya dimana jumlah tersebut apabila dibagi secara rata pada masing-masing desa maka kucuran dana desa yang ada di wilayah masing-masing desa sebesar Rp988,79 juta yang sangat cukup jika dikelola dengan baik.
Pada masa pandemi ini tidak hanya di fokuskan pada alokasi dana desa melainkan pada anggaran belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga difokuskan pada bidang-bidang prioritas selama masa pandemi ini.
Dimana salah satu alokasi anggaran itu antara lain anggaran untuk subsidi UMKM. Bantuan usaha yang disalurkan sebesar 2,4 Juta bagi usaha-usaha mikro yang tentukan menjadi angin segar untuk membangkitkan ekonomi lokal.
Maklum saja, daerah Papua memiliki jumlah UMKM yang sangat besar. Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UKM dan Tenaga Kerja Provinsi Papua mencatat 17.830 UMKM yang tersebar seantero Papua.
Data tersebut merupakan data yang tercatat di sistem, dan faktanya dapat dipastikan lebih besar.
Apalagi pada masa pandemi ini yang memberika efek di beberapa industri dalam hal pengurangan jumlah pegawainya. Dengan situasi dan kondisi tersebut opsi membuka usaha kecil menjadi pilihan utama bagi pegawai yang terdampak dirumahkan.
Terakhir tentunya kepedulian negara terhadap UMKM yaitu dengan melaksanakan program pembiayaan Ultra Mikro (Umi). Penyaluran subsidi bagi UMKM melalui pembiayaan Ultra Mikro (Umi) terus meningkat pesat.
Apalagi pada masa pandemi saat ini, sektor UMKM memang sangat diharapkan mampu untuk menopang perekonomian nasional.
Pusat Investasi Pemerintah mencatat bahwa sampai dengan Oktober tahun 2020 telah menjangkau 469 daerah dengan 46 unit penyalur.
Anggaran yang sudah digelontorkan untuk menyokong bangkitnya UMKM, telah mencapai Rp8,6 triliun dan telah menyentuh 2,79 juta usahawan mikro di Indonesia.
Efek yang sangat diharapkan tentu bergeraknyak roda perekonomian nasional. Namun efek akhir yang diharapkan adalah meningkatnya kesejahteraan yang ditandai dengan menurunnya angka kemiskinan yang sesuai data BPS (Maret 2020) mencapai 26,42 juta jiwa.
Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa negara bersungguh-sungguh untuk hadir menyokong usaha-usaha mikro untuk bertahan menghadapi pandemi.
Tidak hanya dukungan anggaran, tapi pelatihan pengembangan usaha melalui unit-unit pemerintah level daerah maupun lembaga-lembaga perhimpunan pengusaha, terus dilakukan.
Berbagai daerah pun rutin menyelenggarakan Pameran UMKM yang membantu pelaku usaha untuk mempromosikan hasil karyanya.
Apakah hal tersebut cukup? Tentu berbagai masukan sangat diperlukan untuk terus mendukung para pelaku UMKM untuk maju dan berkembang. Hal-hal yang perlu diperkuat tentunya adalah beberapa strategi atau langkah-langkah yang akan dapat mengembangkan UMKM tersebut.
Pertama, pengokohan dari sisi pengemasan. Kita tahu bersama bahwa produk UMKM di Indonesia, khususnya Papua, sangat berkualitas. Siapa yang menolak nikmatnya kopi wamena, betatas ungu, atau keladi bete dari wamena yang jarang ada ditempat lain.
Pun begitu dengan kerajinan tangan seperti Noken yang terbuat dari serat kulit kayu serta kain batik Papua dengan corak yang sangat indah. Produk-produk berkualitas UMKM tersebut, sudah terkenal dan membutuhkan pengemasan sehingga memiliki daya tarik yang dapat meningkatkan penjualan.
Tentu akan semakin baik ketika produk-produk kuliner asli papua dapat dikemas dengan baik sehingga menjadi oleh-oleh berharga wisatawan yang datang.
Pun demikian dengan produk-produk tenun atau batik asli Papua yang dapat dikemas secara eksklusif dan menarik.
Kedua, sisi promosi yang harus didukung oleh seluruh elemen bangsa. Pemerintah melalui jejaringnya pada setiap level, tentu terus mendorong promosi melalui pameran yang dilaksanakan. Namun, ditengah kondisi pandemi saat ini tentu hal tersebut semakin terbatas.
Sosialisasi melalui dunia maya bukan lagi menjadi opsi, tapi kewajiban yang harus dilaksanakan. Dengan mendorong sosialisasi daring, menguatkan media sosial UMKM, maupun promosi lintas daerah bahkan lintas negara, tentu akan sangat membantu UMKM dalam memasarkan produknya.
Dengan bekerjasama dengan generasi milenial lokal yang sukses mengembangkan platform usahanya, maka edukasi dan asistensi langsung tersebut akan sangat berdampak bagi UMKM untuk terus mengembangkan usahanya. UMKM kuat, Indonesia Hebat!
Terakhir, sinergi proses hulu sampai hilir sangat dibutuhkan. Jangan sampai promosi yang sudah sedemikian apik dilakukan, terkendala karena produksi yang terbatas.
Hal ini membutuhkan dukungan ilmu manajemen usaha bagi UMKM. Dengan ilmu tersebut, maka UMKM tidak hanya mampu mengembangkan siklus usaha yang baik, tapi juga mampu menjaga ritme usaha dengan baik.
Ketiga hal diatas diharapkan mampu menjaga geliat UMKM untuk terus mampu mengarungi pandemi kini. Karena menggeliatkan UMKM berarti membangkitkan ekonomi.
Penulis adalah Kepala Seksi PPA I-C Bidang PPA I Kanwil DJPb Provinsi Papua
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.