Foto bersama Ketua GKI Klasis Sentani Pdt Alberth Suebu, Ketua Klasis GKI Waibu Moi Pdt Billy Hokoyoku, Ketua Panitia Seminar Jejak Pekabaran Injil di Sentani Alpius Toam, pemateri dan peserta seminar jejak pekabaran injil.
Sentani – Guna menyambut 100 tahun injil masuk di Sentani, Badan Pekerja Klasis Sentani dan Waibu Moi menggelar seminar tentang Jejak Pekabaran Injil di Sentani yang diadakan di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Eben Heizer Yakonde, Distrik Waibu, Kamis (18/4/2024) siang.
Ketua Klasis GKI Waibu Moi Pdt Billy Hokoyoku mengatakan seminar ini bertujuan untuk menyamakan satu kesepakatan guna menyambut 100 tahun Injil masuk di Sentani.
“Yang mana sebelum tahun 2026, kami harus menyepakati satu kesepahaman apakah 100 tahun ini jatuh pada 1 Mei 2026 atau 1 Mei 2028, maka dilakukan kajian ilmiah berdasarkan cerita turun-temurun maupun bukti catatan,” ujar Pdt Billy usai seminar.
Dari hasil seminar tersebut, kata dia memutuskan untuk nantinya akan menggelar konferensi besar yang menghadirkan jemaat dari Klasis GKI Waibu Moi dan Klasis GKI Sentani.
“Karena Sentani terbagi dalam dua klasis maka untuk memutuskan pembahasan ini harus dilakukan dalam sebuah konferensi sehingga seluruh jemaat dapat mengetahui sejarah sebenarnya berdasarkan bukti-bukti yang ada,” jelasnya.
Senada dengan Pdt Billy, Ketua GKI Klasis Sentani Pdt Alberth Suebu mengatakan usai seminar ini maka dua klasis di Sentani telah menetapkan bahwa pembahasan tersebut harus diputuskan dalam konferensi.
“Penentuan tanggal pertama kali masuknya pekabaran injil di Sentani harus disepakati di forum yang lebih besar sehingga dapat diterapkan terus-menerus oleh generasi selanjutnya,” ujarnya.
Dia menjelaskan menyatukan persepsi terhadap pelaku sejarah masuknya Pekabaran Injil di Sentani berbeda-beda sehingga agak sedikit menemukan kendala.
Dimana untuk sentani barat meyakini bahwa injil masuk pertama kali ke Sentani melalui kampung Yakonde dengan beberapa jejak sejarah yang ditinggalkan oleh bapak guru Daud Pekade meninggalkan beberapa bekas seperti sumur dan penetapan tugu masuknya injil yang diresmikan oleh bapak Gubernur Irian Jaya Barnabas Suebu saat itu.
“Sehingga disetujui bahwa tempat ini (Yakonde) menjadi sejarah masuknya pekabaran injil. Namun di wilayah Sentani tengah juga disebutkan dalam sejarah pekabaran injil bahwa bapak guru injil Daud Pekade pergi menetap di Kampung Ajau dan disitu ditetapkan tangal 1 mei 1926 sebagai hari masuknya injil di Sentani. Kemudian beliau pergi ke Sentani Timur lewat Asei Pulau, Ayapo dan masuk di Netar lewat penginjil Famai,” terangnya.
“Dengan adanya persepsi yang berbeda – beda ini, maka melalui seminar ini kami sepakat untuk final pembahasannya akan dilakukan pada Konferensi yang akan dilaksanakan pada tahun 2025 mendatang,” pungkas Pdt Suebu.
Sementara itu Ketua Panitia Seminar Jejak Pekabaran Injil di Sentani Alpius Toam menambahkan sampai dengan saat ini masyarakat adat Sentani memiliki dua pandangan masuknya Pekabaran Injil yakni di Kampung Pulende (Kampung Ifar Besar) dan Kampung Yakonde.
“Ini harus disatukan karena waktu kita hanya dua tahun ke depan atau 2026 di Sentani akan merayakan 100 tahun Injil di Sentani, sehingga seluruh orang Sentani harus bersatu dan merayakan ini dengan meriah dan harus dipusatkan pada satu tempat,” katanya.