Laporan : Pieter
Timika – Kurang lebih sekitar 1.500 karyawan PT Freeport Indonesia, sub kontraktor dan privatisasi, memblokade jalan tambang di Mile 72 Ridge Camp Tembagapura, Timika, sejak pukul 03.00 WIT, Senin (24/8).
Para karyawan menuntut PT Freeport Indonesia segera menyiapkan bus SDO agar para karyawan yang of bisa turun Timika dan karyawan tidak mau diisolasi terus menerus.
Para karyawan menyampaikan bahwa, percuma para karyawan diisolasi sebab aktivitas harian seperti biasa. “Sampai kapan kami begini. Jangan jadi alasan supaya kami kerja terus, kami juga mau jengkuk keluarga di Timika,” ujar para karyawan.
Juru Bicara (Jubir) PT Freeport Indonesia, Riza Pratama menyampaikan bahwa pihaknya sangat menyayangkan aksi blokade jalan yang dilakukan sejumlah karyawan. “Keselamatan dan kesehatan karyawan adalah prioritas perusahaan. Demo yang terjadi sangat disayangkan karena kami masih mencari solusi atas persoalan transportasi,” ujarnya.
Dikatakan pihaknya terus berkomunikasi dengan para karyawan untuk mencari solusi terbaik dan memitigasi dampak-dampak kedepannya.
Pernyataan Riza sekaligus menjawab pemberitaan media ini terkait sejumlah karyawan PT Freeport Indonesia di Tembagapura yang mengaku depresi dengan situasi.
Menurut Riza, kebijakan mengisolasi wilayah Tembagapura selama enam bulan ini semata-mata untuk mengeliminir perkembangan Covid 19 di wilayah itu.
“Tolong kapan kami turun, kapan kami terus bertahan di sini,” ungkap WW, salah seorang karyawan.
WW dan sejumlah karyawan PT Freeport Indonesia (PTFI), Privatisasi, Kontraktor menduduki Kantor HRD PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Jumat pekan lalu.
Karyawan kecewa karena manajemen tidak memberikan jawaban jelas untuk permintaan bus SDO bagi karyawan yang hendak turun ke Timika. Mereka yang berdemo rata-rata sudah tinggal diatas 6 bulan belum juga turun kunjungi keluarganya di Timika.
Ini adalah demo ketiga, sebelumnya demo digelar pada tanggal 10 Agustus lalu, waktu itu HRD PTFI meminta waktu tiga hari memberikan jawaban.
Ternyata sampai Rabu, Kamis tidak ada jawaban jelas sehingga Jumat kami demo lagi di Kantor HRD. “Jawaban manajemen tidak jelas, sehingga karyawan kecewa dan depresi sehingga mereka duduki lagi kantor HRD,” kata koordinator Demo Karyawan Tembagapua, Yonpis Tabuni.
Saat ini kebijakan manajemen tidak menggunakan aturan lama dimana kerja lima hari off dua hari atau kerja lima hari off tiga hari.
Yonpis menuturkan, kalo di Tembagapura kasus pelecehan seksual cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena sudah sekian lama mereka tidak pernah turun kunjungi keluarga di Timika.
“Kegiatan sehari-hari hanya kerja, kerja dan kerja. Kalau off hanya di mess saja istirahat. Kondisi seperti ini bagaiamana karyawan tidak stress, depresi, bahkan lakukan kegiatan-kegiatan yang tidak terpuji. Konsentrasi dan semangat kerja sangat terganggu, dan sebaiknya manajemen dapat memberikan fasilitas bus sehingga mereka bisa turun ke Timika,” ujarnya.