Jayapura – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua telah merilis pertumbuhan ekonomi Papua tahun 2019 mengalami kontraksi atau minus 15,72 persen.
Ekonomi Papua yang tumbuh negatif disebabkan menurunnya produksi kategori pertambangan dan penggalian sebesar -43,21 persen. Dari sisi pengeluaran, ekspor luar negeri yang mengalami penurunan hingga -69,10 persen.
Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia, Riza Pratama mengatakan, produksi tambang bawah tanah (underground) bisa optimal setelah tahun 2022.
“Freeport beberapa kali mengalami gangguan seperti mogok pekerja, lalu ketika tambang terbuka (open pit) dihentikan, produksi tambang bawah tanah belum optimal, jadi untuk mengejar produksi yang sama kayak dulu belum bisa,” ujar Riza, di restaurant Rumah Laut Jayapura, Jumat (28/2/2020) malam.
Freeport, kata Riza, telah menyampaikan kepada pemerintah bahwa terjadi penurunan produksi sejak tahun 2019 karena produksi bawah tanah belum mencapai 180 ribu – 200 ribu metrik ton per hari.