Praktisi Pendidikan Papua, sekaligus Kepala Bidang Pembinaan SMK pada Dinas Pendidikan Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Yulianus Kuayo.
Jayapura – Untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) Papua yang unggul dan berdaya saing ke depan, maka layaknya harus secara serius dipersiapkan sejak usia dini, salah satunya melalui Pendidikan PAUD Holistik dan Terintegrasi pada masyarakat basis orang asli papua (OAP).
Demikian disampaikan Praktisi Pendidikan Papua, sekaligus Kepala Bidang Pembinaan SMK pada Dinas Pendidikan Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Yulianus Kuayo, kepada media, Kamis (19/10/2023).
Dikatakan, pemenuhan kebutuhan dasar anak secara utuh, stimulan dan berkesinambungan dalam keterpaduan (holistik integratif) perlu dilakukan sejak usia dini guna menciptakan SDM bermutu.
“Periode emas anak berada pada rentang 0-7 tahun, di usia ini anak tidak boleh diabaikan karena mereka akan kehilangan
kesempatan emas selamanya,” katanya.
Menurut Yulianus, periode emas menjadi momen tepat untuk menanamkan nilai serta pendidikan bagi anak, termasuk status gizi sebagai aspek penting yang mendukung tumbuh kembang, pembentukan karakter, serta
kecerdasan yang akan dibawa hingga dewasa.
“Mempersiapkan SDM Papua sejak usia dini hendaknya dilakukan secara holistik integratif, untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam meliputi
aspek fisik dan non fisik, mental, emosional dan sosial,’ ujarnya.
Dia menjelaskan stimulasi holistik mencakup layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan,
pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan, hal ini menjadi kebijakan prioritas yang harus diterapkan dalam mempersiapkan anak
usia dini.
“Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dibutuhkan keterlibatan dari instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan juga orang tua,” katanya lagi.
Dia menambahkan kondisi yang dialami anak-anak Papua saat ini sangat beragam yakni, mama-mama keluar sejak pagi dan pulang malam untuk berjualan di pasar sementara suami tidak peduli terhadap anak-anak, tanggung jawab ayah dan ibu untuk menjaga anak terabaikan, anak-anak tidak mendapat azupan gizi yang baik, anak-anak tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah dan ibu, anak-anak mudah dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga tidak terlibat kegiatan rohani dengan demikian bahwa tidak mewariskan hal positif kepada anak-anak.
Sementara itu pemerintah belum seriusi kebijakan pendidikan PAUD Holistik dan Terintegrasi yang berpihak pada basis OAP, masih kurang pengetahuan tentang asupan gizi, simulasi pendidikan, pembinaan iman bagi calon keluarga masih belum maksimal, pihak rohaniawan dan pemerintah perlu membangun kemitraan agar memberikan
pemahaman yang sama dalam mempersiapkan pendidikan bagi Orang Asli Papua
“Anak akan sangat rentan jika periode keemasannya diabaikan, mudah terserang penyakit karena kekurangan gizi, serta menjadi mudah dipengaruhi lingkungan dan teman sebaya Karen tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua,” ujarnya lagi.