Kekayaan dan potensi biota laut di Papua sangat banyak dan memiliki potensi yang besar bagi tanah Papua sendiri, apabila bila dimanfaatkan dengan baik. Namun belum banyak dari pemuda-pemuda Papua yang mampu memanfaatkan hasil kekayaan alam di Papua dengan baik. Ada beberapa orang yang sudah memanfaatkan kekayaan alam, salah satunya kekayaan laut seperti alga, dll. Tetapi pemanfaatan masih hanya sebagai untuk dijual keluar kota atau diluar negeri untuk dikelolah, mungkin ada beberapa yang sudah mengelolah seperti dalam bentuk produk makanan, namun belum dikembangkan lagi menjadi hal-hal besar yang seharunya menjadi nilai tambah bagi bagi tanah Papua
Kemelimpahan teripang atau yang biasa disebut ketimun laut di Papua sangat banyak, terkhusus di Jayapura. Sehingga potensi untuk Pengelolahan teripang menjadi nilai tambah untuk kota Jayapura sendiri sebenarnya cukup besar, apabila bila dikelolah dengan baik. Banyak sekali khasiat dan manfaat dari teripang yang bisa dikelolah baik sebagai produk kesehatan, kosmetik, dan juga sebagai makanan. Namun masyarakat di kota Jayapura sendiri biasanya hanya mengelolah teripang sebagai makanan dan ada juga yang biasa dikeringkan kemudian dijual ke pasar.
Teripang mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan bu- didayanya karena beberapa pertimbangan, antara lain teripang meru- pakan hewan tingkat tropik rendah (sehingga makanannya tidak ru- mit), teknik budidaya teripang cukup sederhana, tidak membutuhkan modal besar dan keahlian khusus, dan dapat merupakan usaha sampin- gan bagi masyarakat (Giri et al., 2017). Keberhasilan pengembangan budidaya teripang sangat tergantung dari ketersediaan benih, pakan, lingkungan budidaya yang sesuai, dan beberapa faktor lainnya yang akan diuraikan selanjutnya.
Budidaya teripang menggunakan prinsip politkultur. Polikultur merupakan suatu metode pemeliharaan komoditas budidaya dengan menggunakan lebih dari satu spesies yang satu sama lain saling menguntungkan. Selain saling menguntungkan, sistem polikultur dalam pembesaran teripang juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi biaya operasional khususnya dalam penyediaan pakan (Sembiring et al., 2018). Dimana Sistem budidaya ini menggunakan pendekatan multitrofik yang mempertimbangkan posisi masing-masing makhluk hidup dalam ekosistem dan satu wadah budidaya.
Teripang seharunya dimanfaatkan dengan baik, karena teripang banyak disukai karena mengandung zat-zat obat (medicinal properties), makanan ini berkhasiat obat (cura- tive), dan mempunyai daya aphrodisiac. Dari hasil analisa proksimat daging teripang diperoleh komposisi protein 43 %, lemak 2 %, kadar air 17 %, mineral 21 % dan kadar abu 7% (JAMES, 1989). Kandungan lemak yang rendah menyebabkan teripang direkomendasikan untuk orang- orang yang bermasalah dengan kholesterol.Teripang juga digunakan sebagai pakan ternak, dan untuk dibuat tuba ikan maupun sebagai agen anti jamur. Pasar teripang bertambah dengan berkembangnya riset produk alam (natural products) dan penggunaannya sebagai biota akuarium.
Dari proses yang sudah di jelaskan di atas apabila di terapkan di Jayapura yang memiliki potensi teripang yang cukup besar. Akan menghasilkan banyak manfaat bagi kota tersebut. Dimana banyak teripang yang memiliki nilai jual yang tinggi dan apabila dikelolah dan di budidaya untuk pemanfaatan dalan bidang kesehatan, karena teripang yang memiliki kandungan protein, antibodi, dsb yang cukup tinggi. Sehingga dikelolah dalam produk berupa
makanan maupun untuk kesehatan, pasti pemasukan yang dihasilkan cukup besar buat kota Jayapura. Dan juga kota jayapura menjadi terkenal dengan Pengelolahan dan budidaya teripang apabila dikembangkan dengan baik.
Tujuan utama dalam Pengelolahan budidaya teripang atau ketimun laut ini dilakukan agar pemanfaatan teripang tidak hanya diambil oleh masyarkat kita Jayapura sebagai makanan atau untuk dijual keluar dengan nilai rendah dan dari luar menjual ke tanah Papua dengan harga yang tinggi. Tetapi dengan pengetahuan budidaya teripang sendiri ini dapat dipercaya kita dapat mengelolah potensi dan kekayaan alam yang kita miliki ini dan kita juga bisa menjual keluar dalam bentuk produk yang memiliki nilai jual yang tinggi.
Oleh : Herlin Mienatha Simbiak
Mahasiswa Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.