Sentani – Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Jayapura Adolf Yoku, S.P., M.M pada Sabtu (28/1/2023) ditemui dua orang ketua kelompok tani dan salah seorang penyuluh pertanian dari Sumbe dan Karya Bumi.
Dua orang ketua Kpoktan menemui mantan Kadis TPH Kabupaten Jayapura itu di kediamannya di Jalan Yabaso, Kota Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura. Dalam kesempatan itu, itu Adolf Yoku langsung mendengar keluhan para petani yang sampai saat ini belum bisa menanam padi akibat sarana irigasi.
” Hari ini saya didatangi dua ketua kelompok tani dari Sumbe dan Karya Bumi didampingi penyuluh pertanian. Jadi, para petani ini datang dengan keluhan karena sampai saat ini lahan mereka tidak pernah ditanami padi akibat terganggunya saluran irigasi,” kata Adolof Yoku kepada harian ini saat ditanyakan terkait maksud kedatangan dua kelompok tani.
Menurutnya, masyarakat petani yang ada di Karya Bumi dan Sumbe itu hampir sebagian besar kehidupan mereka tergantung dari sektor pertanian tanaman pangan atau padi.
“Sehingga kalau sudah ada keluhan seperti itu, berarti segala kebutuhan para petani saat ini sedang terganggu dan secara perlahan-lahan kehidupan mereka itu sudah terganggu,”ujarnya.
Dikatakan Jika sampai 200 hektar lahan pertanian tidak ditanami maka akan berimbas pada ekonomi masyarakat yang ada disana.
“Kalau para petani itu tidak menanam, bagaimana dengan nasib mereka?, itu yang kita pikirkan. dulu empat tahun lalu yang kita andalkan kabupaten ini dengan beras Khenambay Umbay, Tapi sekarang dengan tidak bisa menanam tentunya akan hilang dan bahkan tidak pernah ada lagi,”
“Apabila beras yang kita andalan sudah tidak ada, berarti ancaman bagi ketahanan pangan khususnya untuk tanaman pangan di Kabupaten Jayapura itu juga ikut terancam. Karena akan menggangu juga untuk luas tanam dengan produksi secara nasional akan ikut terganggu,” jelasnya.
Untuk itu, Adolof Yoku meminta agar keluhan para petani ini segera ditanggapi dengan serius oleh Pemerintah. “Kami minta agar keluhan para petani ini segera ditanggapi oleh Pemerintah sebab Kabupaten Jayapura punya posisi sebagai salah satu daerah penghasil beras nomor tiga di Papua setelah Merauke dan Nabire,”pinta Adolf.
Dikatakan Adolof, Kabupaten Jayapura saat ini masih di urutan tiga penghasil beras di Papua, karena mempunyai saluran irigasi teknis untuk mengaliri sawah.
Namun saat ini, lanjut Adolof para petani di Sumbe dan Karya Bumi belum bisa melakukan penanaman padi karena saluran irigasi terganggu dari tempat awal pembuangan air irigasi sehingga lahan pertanian belum bisa ditanami padi.
“Masalahnya tadi sudah disampaikan para petani melalui dua kelompok tani dan penyuluh, bahwa sumber air dari saluran irigasi itu terganggu mulai dari pintu air terutama petugas pengawas (penjaga) pintu air irigasi itu honornya tidak (belum) pernah terbayarkan. Kemudian, masalah kedua itu, jaringan irigasi tidak terurus mulai dari sisi samping kiri kanannya itu tidak pernah dibersihkan dan jaringannya sudah penuh sedimen. Artinya, jaringan irigasi tidak pernah terurus selama empat tahun dan hampir sama dengan jalan hingga air tidak ada,” terangnya.
“Untuk itu, lewat pertemuan di rumah saya, mari kita sama-sama untuk membantu keluhan petani dan kami minta kepada pemerintah daerah dalam hal ini OPD teknis yang menangani masalah irigasi ini untuk mengambil langkah-langkah guna mencari solusi dan membantu mengatasi keluhan para petani tersebut dengan cara segera membayar honor dua petugas penjaga irigasi dengan membuat SK terkait pembayaran honor mereka,”ujarnya.
Adolof berpendapat, pemerintah dalam hal ini OPD terkait tidak rugi bayar honor dua petugas penjaga irigasi.
“Daripada ratusan sampai 1.000 orang petani mati kelaparan karena tidak menanam lebih baiknya agar penjaga irigasi itu dibayarkan honornya. Apalagi, petani sekarang tidak memiliki lumbung-lumbung pangan di rumah sejak beberapa tahun ini tidak menanam,” pungkas Adolof Yoku.