SENTANI – Selain disuguhi rute yang indah sekaligus menantang, peserta sarasehan (Yo Riya) KMAN VI disuguhkan Tari Kawasaran dalam pembukaan kegiatan sarasehan di hari kedua yang berlangsung di Kampung Hobong, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu (26/10/2022).
Kampung Hobong dipilih oleh panitia KMAN VI sebagai lokasi tempat pelaksanaan sarasehan (Yo Riya) dengan mengangkat tema, “Gerakan Pulang Kampung: Pemuda Adat dan Aksi Kolektif Penyelamatan Bumi, Melawan Kepunahan dan Krisis Iklim dengan Teknologi yang diprakarsai pemuda adat itu bersama 9 kampung lainnya yang ada di Bumi Khenambay Umbay.
Ini merupakan tarian tradisional masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut). Tari Kawasaran juga sering ditampilkan dalam acara penyambutan tamu, upacara adat, pawai budaya hingga kegiatan sosial lainnya.
Sajian tarian Kabasaran ini juga telah ditampilkan oleh kontingan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara (Sulut) dalam pawai budaya yang mengawali pembukaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) ke- VI di Tanah Tabi, Papua pada 24 Oktober 2022 lalu.
Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) AMAN Sulawesi Utara, Kharisma Kurama mengatakan, selain di sarasehan, tarian Kawasaran ini sudah pernah ditampilkan saat pawai budaya yang mengawali pembukaan KMAN VI pada 24 Oktober 2022 lalu.
“Kalau soal kenapa (tarian) Kawasaran itu ditampilkan dalam acara pembukaan (sarasehan) di hari kedua itu, mungkin lebih detailnya bisa langsung ditanyakan ke panitia karena itu persoalan teknis. Tapi, memang (tarian) Kawasaran ini biasanya ditampilkan di acara pembukaan setiap kegiatan,” kata Kharisma ketika menjawab pertanyaan wartawan media online ini usai mengikuti sarasehan dan tiba di Dermaga Jembatan Kuning (Jeku), Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu (26/10/2022).
AMAN Sulawesi Utara menampilkan tarian Kawasaran dalam pawai budaya pembukaan KMAN ke- VI maupun sarasehan KMAN di hari kedua ini merupakan bentuk dari komitmen AMAN Sulut untuk menyukseskan KMAN VI di Wilayah Adat Tabi, Papua.
Tari Kawasaran merupakan jenis tarian perang masyarakat Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara.
Tari Kawasaran atau Kabasaran juga diartikan sebagai orang yang kuat, disegani, ditakuti dan berkuasa.
Tari Kabasaran ditarikan oleh para penari sambil membawa persenjataan seperti mau perang, seperti pedang atau tombak.
“Hal itu menandakan, bahwa (tari) Kawasaran ini akan melindungi kegiatan tersebut. Karena secara hikmah filosofis, (tarian) Kawasaran ini artinya pelindung negeri. Jadi, setiap gerakan itu menandakan, bahwa para penari atau Waraney yang menarikan Kawasaran akan melindungi orang-orang yang ada di dalam kegiatan tersebut,” jelasnya.
Tarian Kawasaran yang ditampilkan oleh para penari atau Waraney dalam kegiatan sarasehan hari kedua di Kampung Hobong itu merupakan Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN). “Jadi, teman-teman yang menarikan Kawasaran tadi itu berasal dari BPAN. Jadi, mereka itu adalah para aktivis yang berkecimpung di organisasi BPAN, yang mana kegiatan sarasehan tadi itu dari BPAN,” tambah Kharisma Kurama.
Untuk diketahui, asal usul tari Kawasaran adalah tarian tradisional masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara yang sudah ada sejak abad ke- 16. Di mana, menggambarkan semangat patriotik rakyat Minahasa dalam membela dan mempertahankan tanah Minahasa dari ancaman musuh.