Jayapura – Kepala Perum Bulog Kanwil Papua dan Papua Barat, Ahmad Kholisun mengatakan sejak akhir Juli lalu, Perum Bulog menghentikan pengadaan dalam bentuk beras.
Hal itu dilakukan lantaran pihaknya tengah fokus pengadaan dalam bentuk gabah. Selain itu, stok beras di gudang Perum Bulog cukup banyak.
“Stok beras cukup banyak, sehingga kita fokus untuk perawatan karena penyaluran kita cari dari luar sejak Perum Bulog tak lagi menyalurkan beras sejahtera (rastra) karena telah berganti menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT),” jelas Ahmad, Kamis (8/10/2020).
Namun, sejak 6 Oktober lalu, kata Ahmad, Perum Bulog kembali menyerap produksi petani di Merauke berupa beras dan juga gabah kering giling.
“Kami sudah sampaikan ke cabang Perum Bulog yang ada di daerah bahwa jika ada beras maupun gabah petani masuk ke Bulog, diterima saja asalkan sesuai ketentuan yang berlaku, memenuhi syarat dengan harga yang telah diatur Permendag Rp8.300 per kilogram untuk beras dan Rp5.300 per kilogram untuk gabah kering giling,” ucapnya.
Kembali menyerap produksi petani di Merauke, kata Ahmad, untuk penyaluran Ketersediaan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dan golongan anggaran yaitu ASN, TNI dan Polri, juga untuk penjualan umum serta pasar murah dan Rumah Pangan Kita (RPK).
Sementara itu, untuk memberikan solusi terhadap kelebihan produksi petani khususnya beras yang memerlukan distribusi keluar wilayah Merauke, Perum Bulog siap menyerap sebanyak-banyaknya.
“Kami siap menyerap sebanyak-banyaknya, tapi membutuhkan dukungan Pemerintah daerah (Pemda) maupun Kementerian terkait khususnya biaya distribusi agar dari Merauke ke wilayah lain bisa terjangkau lebih murah dibandingkan tarif wilayah dari luar Papua,” kata Ahmad.
Sebelumnya, produksi beras di Kabupaten Merauke dalam beberapa tahun terakhir ini surplus. Namun, para petani mengalami hambatan dalam menjual hasil panen padi atau beras mereka.
Asisten II Setda Papua, Muhammad Musa’ad mengatakan produksi beras Merauke terhambat pemasaran dalam beberapa tahun terakhir ini disebabkan adanya kebijakan Nasional.
“Dimana, Bulog tidak bisa lagi beli beras tapi gabah untuk kebutuhan industri, akibatnya beras yang dihasilkan petani tidak terserap. Petani banyak kecewa dan buat aksi,” ucap Musa’ad. (Zulkifli)