Jayapura – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua mengadakan kegiatan Bincang-Bincang Media (BBM) edisi September 2021 sebagai bentuk upaya peningkatan pemahaman publik khususnya terkait kebijakan terkini Bank Indonesia dan perkembangan ekonomi di Provinsi Papua. Kegiatan BBM telah dilaksanakan secara rutin dan mengangkat tema dan isu terkini yang relevan dengan kondisi di Provinsi Papua.
Pada pelaksanaan BBM edisi September 2021, tema utama yang diangkat adalah Pekan Olahraga Nasional (PON) Sebagai Momentum Pemulihan Ekonomi Sektor Non-Tambang.
Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua mencatat perkembangan perekonomian Papua pada triwulan II tahun 2021 tanpa tambang kembali positif meski beberapa sektor masih mengalami pertumbuhan negatif, seperti industri pengolahan, informasi komunikasi, dan jasa pendidikan.
“Jika tanpa tambang, pertumbuhan kembali positif 2,81 persen, meski masih di bawah pertumbuhan normalnya yaitu 4,6 persen,” kata Naek dalam kegiatan Bincang – Bincang Media bersama Bank Indonesia secara virtual, Senin (6/9/2021).
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Papua pada sektor non tambang, diperlukan suatu upaya untuk menyalurkan kredit kepada sektor – sektor produktif yang memiliki dampak tinggi kepada ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, namun memiliki risiko relatif rendah.
“Sektor – sektor tersebut diantaranya pertanian, kehutanan dan perikanan,” ucapnya.
Sementara itu, dari Sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Papua masih didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga yang memliki porsi hingga 51 % terhadap total perekonomian Papua.
“Melihat hal tersebut, maka pemulihan konsumsi rumah tangga menjadi salah satu kunci utama pemulihan perekonomian Papua,” jelas Naek.
Inflasi Berada di Level Terendah
Tingkat inflasi Papua pada Agustus 2021 berada pada level terendah sepanjang 3 tahun terakhir, yaitu pada angka -0,21 % (yoy).
Namun demikian, kata Naek, perlu dilakukan upaya antisipasi pada tahun 2022, khususnya akibat adanya tahun dasar yang rendah dan juga pemulihan permintaan masyarakat.
“Apabila dibedah lebih dalam, deflasi dikontribusikan oleh andil 2 kelompok besar, yaitu transportasi serta makanan, minuman dan tembakau. Mengingat harga dari komoditas tersebut dapat berubah dengan cepat, monitoring dengan intensif tetap perlu dilakukan,” jelasnya.
PON XX Tingkatkan PDRB Rp1,2 Triliun
Penyelenggaraan PON XX di Papua yang akan diselenggarakan pada 2-1 5 Oktober 2021 dinilai dapat menjadi momentum untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi Papua, khususnya sektor non-tambang.
Secara keseluruhan, kegiatan PON diprakirakan akan membawa peningkatan PDRB sebesar Rp1,2 triliun atau 0,7-1,1%, sektor yang berkontribusi untuk PDRB diantaranya konstruksi, perdagangan, transportasi, akomodasi & makan minum, informasi komunikasi, dan jasa Iainnya.
Di tengah pandemi yang masih berlangsung, pelaksanaan PON XX diperkenankan untuk melibatkan penonton secara terbatas dengan syarat telah melaksanakan vaksinasi. Hal ini tentunya memberikan peluang dalam mendorong tambahan pendapatan, utamanya bagi sektor akomodasi makan minum, perdagangan, dan transportasi.
“Diperkirakan jika dapat mendatangkan penonton 10 ribu penonton domestik, maka potensi pendapatan yang dapat diterima mencapai Rp7,03 M dan tambahan Rp32,58 M untuk kedatangan 10 ribu penonton dari luar Papua,” kata Naek.
Namun demikian, PON XX dapat membawa beberapa risiko salah satunya adalah risiko inflasi. PON XX yang diperkirakan melibatkan 20-25 ribu peserta tentunya berdampak terhadap peningkatan kebutuhan konsumsi di Papua.
Merespon hal tersebut, PB PON telah melakukan antisipasi dengan mendatangkan kebutuhan pangan bagi Atlet, Official dan Panitia pelaksana akan didatangkan dari luar Papua sehingga tidak mengganggu pasokan konsumsi intra Papua.
Selain itu, TPID juga telah menetapkan berbagai langkah strategis untuk menjaga kestabilan harga sepanjang pelaksanaan PON XX. Pelaksanaan PON XX tentunya juga diharapkan dapat membawa dampak jangka panjang yang positif bagi perekonomian Papua.
“Potensi wisata dan produk lokal Papua diharapkan dapat lebih dikenal oleh masyarakat, serta pembangunan infrastruktur dapat menjadi pemicu pembangunan ekonomi di Papua kedepannya,” ucapnya.
Namun demikian, besarnya biaya pemeliharaan venue per tahun menjadi tantangan tersendiri. Sehingga demikian, perlu disusun roadmap pengembangan pariwisata atau sektor ekonomi daerah lainnya dengan mengakomodir penggunaan infrastruktur PON XX 2021.
Salurkan PSBI
Pada kesempatan tersebut, Bank Indonesia menyalurkanProgram Sosial Bank Indonesia (PSBI) Kepedulian Sosial dalam rangka Penanganan Bencana Covid-19 kepada Satuan Tugas Penanganan Covid Kota Jayapura bagi Penyintas dan Petugas Covid-19.
Bantuan PSBI berupa masker, hand sanitizer, susu, vitamin dan sabun cair sebanyak 195 paket. PSBI tersebut telah disalurkan pada 5 Agustus 2021 kepada Satuan Tugas Penanganan Covid Kota Jayapura berłempat di Rumah Sehat yang berlokasi di Kantor Lembaga Penjamin Mułu Pendidikan (LPMP) Papua di Kota Jayapura.
“Harapannya dengan pemberian PSBI Kepedulian Sosial ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menggerakan perekonomian Kembali,” kata Naek. (Zul)