MERAUKE,ARAFURA,- Pelantikan Badan Pengurus Fatnim Pemuda Kei Merauke (FPKM) periode 2021-2023 sukses digelar Sabtu lalu, berlangsung di Sekretariat Fatnim yang merupakan kediaman dari dari salah satu warga Kei, Felix Maturbongs. Pelantikan perdana ini mengusung tema ” Snib Teten, It batang Fo Bok – Bok It Var Fo Did Kes ” yang artinya pesan orang tua, kita jaga baik – baik kita bawa sebagai bekal. Kegiatan diawali dengan ritual adat yang wajib dilakukan karena selain menghargai leluhur dan tradisi budaya orang kei, ritual adat juga sebagai media dalam menyampaikan dan memohon restu kepada leluhur mengenai kegiatan yang hendak dilakukan.
Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Tanah Papua dan lagu dari daerah Maluku Tenggara Tanat Ssusbeb, dinyanyikan oleh semua undangan yang hadir. Prosesi pelantikan berlanjut dengan pembacaan laporan ketua formatur dan pembacaan SK Pelantikan oleh Ketua Dewan Adat Ikatan Keluarga Kei Merauke, Yohanis Maturbongs Kolai serta mengucapkan sumpah pelantikan yang diikuti seluruh Badan Pengurus Fatnim Pemuda Kei Merauke, baik ketua, para Kabid dan anggota lainnya. Serah terima pataka dan AD ART juga dilakukan dari pihak steering committee atau pengarah dalam tim formatur yang membentuk organisasi kepada badan pengurus definitif.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Fatnim Pemuda Kei Merauke, Johanis Debrito Elsoin, SH mengatakan bahwa pelantikan yang dilakukan menjadi motivasi serta memberikan warna positif dalam perjalanan organisasi. Momentum pelantikan Badan Pengurus FPKM menjadi motivasi pendahulu bagi seluruh kader yang terlibat di dalam badan pengurus FPKM sehingga momen pelantikan memberikan warna positif dan optimistis demi perjalanan organisasi ke depan.
Ia menambahkan, dengan kehadiran sesepuh dan para orang tua Suku Kei menunjukkan adanya dorongan dan dukungan sepenuhnya bagi seluruh kader FPKM untuk mampu memberikan kontribusi positif bagi organisasi dan juga Suku Kei. FPKM berperan dalam mewujudkan pelestarian budaya, menjaga harkat dan martabat sehingga menjadi nilai luhur bagi organisasi tersebut. ” Jargon lar in baba wer in soso menjadi ruh silahturahmi bagi seluruh masyarakat Suku Kei, baik dari ayah atau ibu, maupun yang masih memiliki aliran darah dari leluhur berdarah Kei, ” ungkap Johanis.**