SENTANI, – Anggota Komisi III DPR Papua, Yanni SH melakukan hearing dialog bersama Forum Sobat Papua atau FSP dengan thema, “Peran Serta Pemuda Dalam Kehidupan Sosial’, yang dilaksanakan di Sentani, Kabupaten Jayapura, pada Sabtu (19/9).
Selain melakukan hearing dialog, Yanni yang juga merupakan Ketua Partai Gerakan Indinesia Raya (Gerindra) Provinsi Papua memberikan paket sembako berupa bahan makanan dan membagi-bagikan masker dan nasi kotak.
Meskipun masih ditengah-pandemi covid-19, namun kegiatan itu tetap mengutamakan protokeler kesehatan, dengan selalu menjaga jarak, menggunakan masker serta mencuci tangan.
Hearing dialog ini pun dihadiri oleh Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kabupaten Jayapura serta dua anggota DPRD Kabupaten Jayapura dari Partai Gerindra.
Dalam hearing dialog itu, Ketua Forum Sobat Papua, Stela Yolanda Ibo mengucapkan terimakasih kepada ibu Yanni beserta rombongan yang sudah meluangkan waktu untuk datang melakukan dialog dengan masyarakat tapi juga dengan para pemuda/penudi yang tergabung dalam Forum Sobat Papua
“Forum Sobat Papua ini berdiri pada tanggal 1 Agustus 2020. Dimana awalnya kami ada beberapa orang berkumpul untuk membicarakan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat yang cukup memprihatinkan, apalagi ada banyak anak-anak Papua yang menjadi anak jalanan, sehingga itu sangat mempengaruhi masa depan mereka. Makanya timbul satu ide untuk kami membuat satu wadah yang tujuannya untuk merangkul teman-tema yang putus sekolah, baik orang dengan HIV-AIDS (ODHA), PSK, dan anak-anak jalanan atau anak-anak terlantar,” kata Stela Yolanda Ibo tatkala menyampaikan keluhannnya kepada ibu Yanni disela-sela hearing dialog.
Stela pun menjelaskan, jika forum ini dibentuk bukan untuk bersaing dengan forum lembaga lainnya, tetapi tujuannya semata-mata hanya untuk merangkul sesama teman yang sedang dilanda masalah.
“Seperti yang kita lihat dampak HIV/AIDS sangat tinggi di Kabupaten Jayapura, dikarenakan mungkin ada anak jalanan, pelaku PSK dan sering terjadi seks bebas. Untuk itu kami membuat forum ini kemudian merangkul mereka dan secara tidak langsung kami bisa menekan angka pengidap HIV-AIDS ini,”jelasnya.
Sementara itu, Yanni yang merupakan Ketua Fraksi Gerindra DPR Papua mengatakan, meskipun forum ini kecil tapi dia mempunyai makna yang luar biasa.
“Saya pikir, kita memang membutuhkan ada pemerhati seperti yang telah membentuk forum seperti ini. Ini sangat luar biasa sekali, dimana begitu banyak permasalahan yang terjadi di akar rumput,” ungkapnya.
Menurut Yanni, ini memang memerlukan perhatian dari semua stakeholder dan tidak bisa hanya satu dua orang saja yang mengatasi hal ini.
“Tapi yang pasti disini telah terbangun suatu kepedulian dan kebersamaan dari pemerhati yang disertai dengan kasih sayang dan telah berkontribusi tenaganya. Bahkan mereka ihklas mengerjakan itu semua dan tidak mengharapkan imbalan,”tuturnya.
Yanni pun mengatakan, meskipun ada keterbatasan, tapi ada satu keinginan yang luhur untuk peduli. Sehingga hal seperti ini yang nantinya akan menjadi suatu kekuatan.
“Sebetulnya kalau ada keinginan pasti semua akan berjalan dengan baik. Karena kalau bukan sekarang, kapan lagi untuk menjadi lebih baik kedepannya,” tandas Yanni.
“Jadi keluhan adik-adik ini, nanti saya coba sampaikan kepada anggota dewan kami pak Natan Pahabol yang ada di Komisi V, karena Komisi V ini yang membidangi Kesehatan. Sehingga hal ini
nanti saya sampaikan kepada pak Natan Pahabol supaya lebih spesifik dia bisa bicara kepada KPA terkait obat ARV, tapi dirubah menjadi suplemen,” timpalnya.
Apalagi tutur Yanni, suplemen ini saya sendiri juga belum tahu, apakah dia lebih efektif dari ARV atau seperti apa, karena saya juga belum mendalami itu, makanya saya belum bisa menjawab itu.
“Jangan sampai kita diskusi disini ternyata obat yang dari plasenta, justru mungkin dia bisa menyembuhkan. Kan kita juga belum tahu, atau memang ARV yang lebih efektif dibandingka ini.Dan kenapa plasenta lebih banyak dari pada ARV?. Nah ini yang kami akan sampaikan kepada bidang yang bersangkutan supaya mereka bisa tanyak langsung kepada KPA,” terangnya.
Diakui Yanni, jika dirinya juga pernah menjadi pemerhati HIV/AIDS dan ODHA sejak tahun 2004-2005. Bahkan dulu dirinya selalu berinteraktif di Radioa dengan memberikan edukasi.
“Dan sampai hari ini masih komunikasi ibu Siti di RSUD Jayapura juga semua para pemerhati untuk berupaya menekan angka pe derita HIV/AIDS. Jadi memang saya adalah pemerhati. Selain itu juga bagaimana kita bisa memanimalkan dan menekan angka tersebut,”ucapnya.
Namun Yanni berpesan, janga ada diskriminasi terhadap orang yang penderita HIV/AIDS atau ODHA, apalagi sampai mengucilkan orang tersebut.
“Dari dulu memang saya sudah ada sebagai perhatian, khususnya para penderita HIV/AIDS atau ODHA. Tapi terkait dengan masalah obat, nanti saya akan teruskan ke Komisi V sehingga pembicaraannya itu sampai di level provinsi,”pungkasnya.