Jayapura – Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Papua, Adolf Fictor Tunggul Simanjuntak mengatakan dilihat dari kinerja industri jasa keuangan, perekonomian Papua di masa pandemi Covid-19 masih terjaga.
Total aset perbankan di Papua sebesar Rp83,39 triliun, mengalami peningkatan secara year on year (yoy) sebesar 19,43 persen, kredit tumbuh 5,3 persen secara yoy menjadi Rp30,56 triliun, DPK sebesar Rp50,4 triliun, tumbuh 17,7 persen (yoy) dan NPL berada di angka 2,4 persen atau lebih rendah dari nasional yang mencapai 3,15 persen.
“Kinerja perbankan mulai dari Non Performing Loan (NPL), Aset, Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh diatas nasional,” kata Adolf pada kegiatan virtual conference Media Talk, Kamis (26/11/2020).
Selain kinerja perbankan yang menopang perekonomian Papua tetap terjaga di masa pandemi, kinerja industri jasa keuangan lainnya seperti Pasar Modal juga tumbuh positif.
Adolf mengatakan, jumlah investor pada posisi September 2020 sebanyak 15.930 atau tumbuh 53,91 persen berada di atas nasional yang tumbuh sebesar 49,27 persen, demikian juga dengan kepemilikan saham di Papua tumbuh 4,84 persen menjadi Rp460 miliar.
“Tiga kota/kabupaten di Papua dengan jumlah investor terbanyak yaitu Kota Jayapura tercatat 8.467 investor dengan kepemilikan saham sebesar Rp272,75 miliar, Kabupaten Merauke tercatat 1.442 investor dengan kepemilikan saham sebesar Rp111,58 miliar dan Kabupaten Mimika 1.970 investor dengan kepemilikan saham sebesar Rp53,11 miliar,” jelas Adolf.
Meski industri jasa keuangan non bank seperti perusahaan pembiayaan tumbuh negatif pada triwulan III tahun 2020 yaitu minus 28,1 persen, tetapi Non Performing Financing (NPF) Papua berada di angka 2,18 persen atau dibawah NPF nasional sebesar 4,93 persen.
Adolf mengatakan pada industri jasa keuangan non bank lainnya yaitu asuransi mengalami pertumbuhan untuk asuransi jiwa, tetapi tumbuh negatif pada asuransi umum.
“Premi asuransi jiwa hingga posisi Juni 2020 tercatat Rp597,12 miliar, tumbuh 1,2 persen dibandingkan Juni 2019 yang tercatat Rp590 miliar, sementara, asuransi umum minus 7,11 persen pada Juni 2020 dibandingkan Juni 2019 atau dari Rp213,8 miliar menjadi Rp198,6 miliar,” jelasnya.
Sementara itu, pembiayaan di Papua melalui financial technologi (fintech) di Papua tercatat Rp165 miliar, tumbuh 162 persen secara yoy dengan jumlah rekening 81.945.
“Dan jumlah lender atau pemberi pinjaman di Papua sebanyak 1.509 entitas atau tumbuh 27 persen secara yoy,” kata Adolf.
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga menyampaikan bahwa perekonomian Papua pada triwulan III tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar minus 2,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Berbalik arah dibandingkan triwulan II tahun 2020 yang tumbuh sebesar 4,14 persen secara yoy.
“Secara umum, kontraksi pada perekonomian disebabkan oleh penurunan kinerja sektor non tambang dengan kontraksi sebesar minus 4,10 persen (yoy), dan base effect tingginya kinerja pertambangan pada triwulan III tahun 2019,” kata Naek.
Meski begitu, lanjut Naek, perekonomian Papua masih mencatatkan pertumbuhan secara triwulanan sebesar 6,09 persen (qtq). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kinerja perekonomian sejalan dengan kebijakan relaksasi Pembatasan Sosial Diperketat dan Diperluas (PSDD) sepanjang triwulan III tahun 2020. (Zulkifli)