SENTANI – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI, Dr. Nida Rohmawati, MPH., melakukan kunjungan lapangan ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Maleo I, yang bertempat di Kampung Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Selasa (29/11/2022).
Nida Rohmawati menjelaskan bahwa saat ini Indonesia memiliki program prioritas yakni, penurunan stunting (sebuah kondisi gagal tumbuh, yang cukup banyak terjadi pada anak-anak).
“Jadi stunting itu adalah kondisi anak yang pertumbuhannya tidak seperti seharusnya, karena kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Hal ini tidak hanya memiliki dampak tinggi badannya saja, tetapi yang paling kita utamakan adalah bagaimana kemampuan, kecerdasan dan nantinya anak untuk bisa bertumbuh maupun berkembang secara optimal itu akan terhambat,” kata Nida Rohmawati kepada wartawan usai melakukan kunjungan lapangan ke Posyandu Maleo I, Selasa, 29 November 2022 siang.
“Dalam rangka penurunan prevalensi stunting di Indonesia, yang saat ini angkanya 24,4 persen dari hasil survei status gizi Indonesia tahun 2021 lalu itu yang harus dicapai sekitar 14 persen pada tahun 2024 mendatang. Maka itu, pemerintah betul-betul meningkatkan deteksi dini terhadap kondisi-kondisi masalah gizi yang ada pada balita mulai tingkat masyarakat,” sambungnya.
Nida Rohmawati mengatakan, Posyandu merupakan wadah untuk memantau tumbuh kembang anak dan pilar utama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
“Posyandu adalah salah satu wadah di mana kita dapat memantau apakah anak tumbuh dan berkembang atau tidak yang dilaksankan setiap bulannya. Supaya pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak itu akurat utamanya pertumbuhan anak untuk mendeteksi stunting, maka alat untuk penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak itu harus terstandar dan akurat,” terangnya.
“Sehingga hasil pengukurannya valid yang dapat dipantau sampai dengan satuan yang terkecil. Untuk berat badan anak-anak itu harus bisa terdeteksi kenaikannya 5 sampai 10 gram, sedangkan untuk tinggi badan anak-anak itu hingga 1 milimeter. Karena inilah yang menentukan status gizi anak, apakah dia tidak naik, apakah under weight, kurang gizi atau dia mengalami stunting,” tambah Nida.
Di kesempatan itu, Nida juga mengecek alat pengukuran (timbangan) berat badan anak dan menimbang secara langsung salah satu balita dan berjanji akan memberikan alat timbang berat badan digital yang terbaru kepada Puskesmas Maleo I, Kampung Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.
Pada tahun 2022 ini, kata Nida, pihaknya sudah mulai memenuhi alat antropometri atau pengukuran berat badan maupun tinggi badan anak ini di 300.000 Posyandu dan 10.292 Puskesmas yang ada di Indonesia, agar terstandardisasi dan juga adanya keputusan menteri tentang standarisasi alat-alat antropometri ini.
“Di tahun ini, juga sudah diadakan melalui dana DAK Fisik di Kabupaten/Kota maupun di tingkat pusat dan akan dilanjutkan pemenuhan ke seluruh Puskesmas sekitar 123.000 lagi di tahun 2023 nanti,” katanya.
Nida juga mengatakan, bahwa peran kader Posyandu selain sebagai pengurus juga mengingatkan masyarakat tentang jadwal Posyandu dan mengimbau ibu hamil serta orang tua balita agar datang ke Posyandu, sehingga bisa memantau status gizi dan kesehatan anaknya.
“Kepada kader Posyandu, kami juga berharap bisa dan mampu menggunakan alat-alat tersebut, yang standarnya untuk timbangan bayi adalah digital dan nantinya akan terhubung dengan bluetooth yang bisa langsung link dengan aplikasi pencatatan. Sehingga penimbangan yang dilakukan di Posyandu di seluruh Indonesia itu masuk ke dalam aplikasi tersebut, yang langsung bisa kita lihat di pusat pada saat real-time di hari yang sama pada saat data itu di input,” imbuhnya.
Dipilihnya Posyandu Maleo I Kampung Nolokla, kata Nida, pihaknya ingin melihat praktik baik yang dilakukan di Kabupaten Jayapura, Papua.
“Untuk kunjungan kali ini, kita ingin melihat apa praktik baik yang telah dilakukan di Kabupaten Jayapura. Salah satu kunjungan kali ini selain di Posyandu Maleo I, juga di Puskesmas Harapan. Dari kegiatan ini kita lihat sangat aktif masyarakatnya dan para kader juga sudah mendeteksi adanya gizi buruk yang terjadi. Tetapi ternyata ada penyakit penyerta yaitu, TBC yang juga harus kita tanggulangi,” tukasnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini Kepala Distrik Sentani Timur Eslie Suangburaro, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura Khairul Lie, Kepala Kantor UNICEF Papua dan Papua Barat Aminuddin Mohammad Ramdan dan Kepala Puskesmas Harapan dr. Hannover, serta para kader Posyandu Maleo I.
Usai melakukan kunjungan lapangan ke Posyandu Maleo I, dilanjutkan dengan mengunjugi Puskesmas Harapan untuk observasi program gizi buruk dan berdialog dengan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Harapan.
Untuk diketahui, Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Dr. Nida Rohmawati, MPH, melakukan kunjungan ke Papua guna menjadi pembicara dalam rangka pertemuan tingkat tinggi kepala daerah se- Provinsi Papua tentang upaya pencegahan dan penanganan wasting, untuk mencapai tujuan “Papua Bebas Gizi Buruk 2024”, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Papua dan UNICEF Perwakilan Papua & Papua Barat.