Seoul – Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, mengundang investor Korea Selatan untuk menanamkan modalnya di sektor teknologi pertanian di Indonesia. Menurutnya kerja sama tersebut merupakan peluang emas bagi kedua negara untuk sama-sama tumbuh di tengah ancaman krisis pangan dunia.
Pada wawancara dengan Maekyung Media Grup (MBN), jaringan media terbesar di Korea Selatan, di Seoul, Kamis (13/9), Moeldoko menegaskan berinvestasi di Indonesia sangat menguntungkan bagi Korea Selatan. Indonesia memiliki 270 penduduk yang dapat menjadi pasar yang besar, dengan sumber daya alam yang melimpah dan ekonomi yang stabil.
“Indonesia memiliki ketersediaan lahan, kondisi alam yang mendukung, kekayaan varietas, serta ketersediaan SDM dan pasar yang besar. Korsel punya tekonologi pertanian yang maju. Jika kerja sama ini dapat dimaksimalkan, bukan tidak mungkin Indonesia dan Korsel dapat menjaga ketahanan pangan, dan bahkan bertumbuh di tengah ancaman krisis pangan dunia,” tegas Moeldoko.
Lebih lanjut, Ia mengatakan dunia agro farming global sedang mengalami masalah pelik, yaitu regenerasi pelaku pertanian. Petani sudah semakin tua dan anak muda tidak tertarik untuk terjun ke pertanian. Jika ini tidak segera diatasi, sambung Moeldoko, maka krisis pangan dunia bisa terjadi.
“Di Indonesia, titik terang jawaban atas permasalan ini sudah dilakukan. Anak muda sudah ikut terlibat dalam industri pertanian dengan pendekatan teknologi,” ujarnya.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini, menceritakan tentang gerakan anak muda untuk membangun pertanian Indonesia. Aksi yang dideklarasikan dengan nama Gerakan Maju Tani Indonesia itu, sebut dia, telah menghasilkan produk-produk pertanian unggul dengan menggunakan pendekatan teknologi, seperti bibit yang unggul dan tahan dari serangan hama dan cuaca. “Mereka juga menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam produksi, sehingga terjadi efisiensi,” ucap Moeldoko yang juga pembina Gerakan Tani Maju Indonesia.
Panglima TNI 2013-2015 ini menyampaikan, apa yang dilakukan oleh anak-anak muda dalam memajukan sektor pertanian melalui pendekatan teknologi ini merupakan moderninasi konsep Marhaen yang diinisiasi oleh Presiden Soekarno. Saat itu, cerita dia, Presiden pertama RI tersebut bertemu dengan seorang petani bernama Marhaen yang memiliki lahan dan alat pertanian, namun mengaku miskin.
“Disitulah kemudian tercetus ide gerakan dari Pak Karno untuk menyejahterakan dan memberikan keadilan bagi petani. Untuk itu saya menyebut Gerakan Tani Maju Indonesia ini sebagai Neo Marhaen,” tutur Moeldoko.
“Buat saya, prinsipnya Neo Marhaen petani harus kaya, mandiri, dan memandirikan orang lain,” imbuhnya.
Kunjungan kerja Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, ke Seoul, Korea Selatan untuk menjadi pembicara pada Forum Pengetahuan Dunia atau World Knowledge Forum (WKF). Forum yang sudah berlangsung sejak tahun 2000 ini, mengumpulkan 200 pengusaha dan pakar dari seluruh dunia untuk memprediksi masa depan, dan membahas solusi atas masalah-masalah yang dihadapi global.