MERAUKE,ARAFURA,-Menyongsong satu abad Mu’asis Kemandirian NU, Syahmuhar MZ Ongeo Gebze selaku Ketua PC Ansor Merauke periode 2014-2018 menyatakan bahwa NU adalah organisasi Islam yg sangat besar dan mempunyai pengaruh untuk keutuhan negara RI, sehingga disadari dalam perjalanan NU dari awal hingga hari ini, di seluruh belahan wilayah Republik Indonesia sudah sangat clear doktrinannya terkait pengembangan kultur Islam untuk lebih menanamkan nilai aqidah keislaman dan penanaman nilai ke-whaton-an (kebangsaan) para jamaah NU.
Lanjut pria yang akrab disapa Bung Muhar Gebze ini yang juga merupakan Tokoh Cendikiawan Muslim Papua Wilayah Adat Anim Ha, dalam menyongsong satu abad mu’asis ini perlu ada semangat yang ditumbuhkan lebih tinggi lagi sebagai suatu nilai kedewasaan dalam kematangan sebagai organisasi yang bisa melebur dalam nilai nilai budaya lokal yg bertumbuh di daerah masing-masing di seluruh belahan wilayah Republik Indonesia dan juga kemandirian dari sisi kemandirian organisasi sebagai kiblat peradaban suatu pergerakan untuk penguatan keimanan Islam (penguatan aqidah) dan penguatan nilai kehidupan muamalah untuk hidup saling berdampingan dengan nilai ARRAHMAN DAN ARRAHIM (kasih dan sayang) dalam keberagaman di Indonesia ini. Secara konkritnya seluruh warga Nahdliyin yang bergabung dalam organisasi Ansor Banser diinstruksikan secara nasional sebagaimana instruksi Ketua Umum PP Ansor, sahabat GUS YAKUQ CHOLIL QOUMAS yaitu : Sahabat – sahabatku semua, nanti tanggal 26 – 28 Februari 2021 mari kita bersama kibarkan bendera Merah Putih, NU, Ansor dan Banser. “Menyongsong Satu Abad, Meneladani Mu’assis Kemandirian NU” (sumber status FB.pribadi beliau tertanggal 24/02/2021).
Sehingga dalam hal ini Ansor Banser sebagai gerakan kaum muda NU memberikan jaminan bahwa generasi muda NU akan tetap mendirikan dan mengibarkan panji panji NU untuk menumbuh kembangkan semangat sebagai pemegang tongkat estafet organisasi NU ke depannya dan tetap menjaga Marwah dan ruh organisasi NU sebagaimana awal di dirikan dahulu yaitu komit terkait aqidah dan kebangsaan (Wathon).
Satu hal lagi lanjut BMG sapaan akrabnya, organisasi NU perlu mengevaluasi terkait nilai pergerakan perkawinan budaya dgn keislaman artinya jaminan keutuhan bangsa ini ada pada kolaborasi nilai budaya lokal dan Islam dari masing masing daerah untuk menjamin rasa memiliki ini akan organisasi NU yang muaranya untuk ras memiliki bangsa Indonesia secara utuh. Artinya ada semacam mengotonomikan nilai budaya lokal dikolaborasikan dengan nilai budaya Islam sehingga penguatan secara memaknai Islam yang melebur dalam nilai budaya lokal yang sejalan dengan nilai Islam itu sendiri sehingga NU berdiri diatas peradaban nilai itu dan keutuhan NU dari Sabang sampai Merauke berdiri di atas nilai itu pula. “Inilah yang saya maknai sebagai nilai Islam Nusantara sehingga berbicara tentang Islam Nusantara konteksnya budaya bukan aqidah, artinya konsep budaya yang dikolaborasikan sehingga menambahkan keyakinan secara teguh terhadap aqidah keislaman secara murni HABLUMMINNAS WAL DINUALLAH, hubungan dengan sesama manusia untuk gambaran bahwa itu ajaran Allah,”pungkasnya.