JAYAPURA – Kantor pengawasan dan layanan Bea Cukai Jayapura berhasil mengamankan lima warga negara asing asal Papua New Guinea yakni LA (20), AK (32), LA (54), FR (54) dan AM (45) lantaran menyeludupkan puluhan kilo vanilli ke Indonesia, beberapa waktu lalu.
Selain mengamankan 46 kg vanilli bernilai puluhan juta rupiah, Bea Cukai pun menemukan enam paket ganja kering siap edar dari tangan kelima pelaku.
Kepala kantor wilayah Bea Cukai Papua dan Papua Barat, Ahmad Rofiq menjelaskan penangkapan Ke lima WNA asal PNG berawal dari informasi masyarakat yang diterima.
“Kami menindaklanjuti laporan dari warga, setelah mendatangi lokasi di seputaran Hamadi, kami temuan pera pelaku sedang melakukan transaksi jual beli vanilla, sehingga kami langsung amankan barang bukti beserta para pelaku,” ucapnya.
Ia pun menjelaskan, dari hasil pemeriksaan diketahui vanilli tersebut dibawa dari Papua New Guinea tanpa di lengkapi surat resmi alias ilegal.
“Dugaan sementara mereka sudah lebih dari satu kali melakukan penyeludupan vanilli dari PNG. Selain lima WNA kami pun mengamankan calon pembeli dan pemilik rumah yang dijadikan tempat singgah barang bukti,” cetusnya.
Bahkan Kata Rofiq, kasus penyeludupan ini pihaknya telah berkoordinasi dengan dengan Kepolisian dan karantina menginap dari tangan pelaku ditemukan ganja kering.
” Kami sudah bangun komunikasi dengan instansi terkait baik kepolisian untuk diproses lebih lanjut, mengingat anggota kami temukan narkotika jenis ganja,” terang Rofiq.
Sementara itu pengawasan terkait barang ilegal yang masuk maupun keluar mengingat Papua berbatasan langsung dengan negara tetangga PNG, Rafiq menjelaskan merupakan tugas dan tanggung jawab semua pihak.
“Pengawasan wilayah perbatasan tidak segampang yang dipikirkan. Oleh karena itu sinergitas sangat lah dibutuhkan, dan sejauh ini sudah kami lakukan bersama seluruh stekholder terkait baik TNI-POLRI,” ucapnya.
Sementara itu Wakapolresta Jayapura Kota Kompol Heru Hidayanto menjelaskan terkait pengawasan sendiri di wilayah hukum Polresta, pihaknya telah bekerja maksimal termaksud membangun komunikasi dengan seluruh komponen yang ada baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.
“Kalau berbicara penyeludupan wilayah kami cukup rawan dan sudah kami petakan daerah rawan itu sendiri baik di laut maupun darat. Kami dari Polresta juga sudah membangun komunikasi denga rekan kami di TNI AL termasuk kami sudah sering melakukan himbauan kepada masyarakat,” bebernya.
Heru pun berharap dalam pengawasan ini pihaknya beserta instansi terkait tidak dapat bekerja sendiri, tanpa ada peran serta dari masyarakat.
“Masyarakat adalah unjuk tombak, apalagi penyeludupan ganja paling rawan. Oleh karena itu Polresta sering kali melakukan upaya pendekatan humanis kepada masyarakat agar terjalinnya hubungan yang baik sehingga informasi yang ada bisa diterima ataupun di sampaikan kepada kami sebagai penegak hukum,” bebernya.
Hal senada juga diungkapkan Kasi Intel Angkatan laut Kolone Ginting, ia menjelaskan pengawasan di laut tidak segampang seperti di darat mengingat wilayah perairan di perbatasan cukup luas.
“Kami tidak dapat bekerja mengawasi laut setiap saat walaupun itu tugas kami, yang jelas kami tidak dapat bekerja sendiri tanpa bantuan dari Masyarakat, mengingat masyarakat adalah unjuk tombak,” bebernya.