Penyebaran konten dilakukan melalui akun Instagram (https://www.instagram.com/japelidi/?hl=en) dan Twitter (https://twitter.com/japelidi?lang=en) Japelidi.
Selain itu juga dilakukan melalui akun media sosial dan grup WhatsApp para anggota Japelidi yang berjumlah 163 orang dengan membagikan poster digital seperti “Jaga diri dan Jaga Keluarga”, “Perlindungan Data Pribadi”, dan “Sumber Informasi Terpercaya”, serta videografiktips menemani anak belajar di rumah.
“Tanggapan warganet sangat positif. Misalnya, banyak orang atau komunitas meminta kami mengirim file untuk mereka cetak sendiri lalu membagikannya kepada warga berusia lanjut di sekitar mereka. Bahkan ada yang membuatnya menjadi spanduk. Memang banyak orang tidak mengakses jejaring sosial, sehingga akses informasi mereka pun terbatas,” kata Novi.
Japelidi juga melakukan kampanye luring dengan membagikan sabun dan handsanitizer bagi warga yang masih harus bekerja di luar rumah seperti pengendara ojek dan pedagang pasar. Dana untuk ini berasal dari urun daya donasi anggota Japelidi.
Kegiatan luring dilakukan oleh tim Japelidi dan warga dengan membagikan selebaran, poster, dan spanduk di tempat-tempat strategis di banyak daerah: Jakarta, Yogyakarta, Bali, Salatiga, Semarang, Lamongan, Malang, Bandung, Ponorogo, Depok, Surabaya, Sukabumi, Blora, Grobogan, Bogor, Banjarmasin, Kulonprogo, Gresik, Tegal, Wonogiri, Cilacap, Magelang, NTT, Kutai, NTB, Timika, Kab. Semarang, Lombok Timur, Lampung, dan Samarinda.
Cakupan wilayah ini masih terus bertambah seiring bertambahnya dukungan warga. “Kami tidak menyangka dukungan dari warga akan sebesar ini. Seperti halnya kampanye politik, kampanye kesehatan juga harus dilakukan melalui darat di banyak tempat.
Menurut saya masih banyak ruang yang belum terjangkau, padahal isu pandemi ini sangat mendesak,” kata Lestari Nurhajati, dosen LSPR yang menjadi Koordinator Kampanye Japelidi Lawan Hoaks Covid-19.