SENTANI – Elisabeth Yanteo, selaku aktivis perempuan asal Lembah Grime Kabupaten Jayapura menyampaikan permintaan maaf kepada Pemerintah Kabupaten Jayapura atas video yang di upload di Informasi Kejadian Kota Jayapura (IKKJ) beberapa hari lalu tentang kinerja Pemkab Jayapura yang dianggap tidak menyediakan stand bagi mereka dan beberapa mama Papua. Ia mengaku tidak tahu kalau pernyataannya yang direkam dalam sebuah video itu viral.
“Saya tidak tahu kalua pernyataan saya direkam dan tidak tahu kalau video yang berisi pernyataan saya itu akan viral,” ujar Elisabeth Yanteo, Selasa (12/10) siang.
Elisabeth menceritakan bahwa awal mula video tersebut saat ia dikunjungi oleh mantan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Papua, Ani Rawar. Kemudian, saat dikunjungi itu sontak Mama Lis membuat sebuah pernyataan dan langsung direkam oleh salah seorang serta beredar di aplikasi grup WhatsApp.
Namun, video isi pernyataannya yang direkam seseorang itu viral hingga Mama Lis langsung ditemui oleh Sekda Kabupaten Jayapura Dra. Hanna S. Hikoyabi, S.Pd, M.KP.
Sekda Kabupaten Jayapura, Dra. Hanna S. Hikoyabi, S.Pd, M.KP, usai mengetahui adanya video yang viral itu langsung mendatangi stand UMKM enam distrik dari Bagian Grime yang dikoordinir oleh Elisabeth Yanteo.
“Jadi, bidang sosek (sosial ekonomi) di Sub PB PON yang sudah melakukan peletakan tenda-tenda di semua venue yang ada di Klaster Kabupaten Jayapura. Di semua venue, kita ada taruh tenda sampai di dalam venue ini juga,” ujar Hanna Hikoyabi disela-sela kunjungannya di stand UMKM milik Mama-mama dari Bagian Grime, yang dibangun tepat berada di depan rumah Elisabeth Yanteo, Kampung Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.
“Maka di H-1, itu kita lihat di depan jalan ini kan kosong, tidak ada yang pasang tenda dan hanya ada beberapa orang saja yang punya tempat-tempat jualan. Sehingga kita melakukan penyewaan tenda untuk kita pasang dan kita juga komunikasi dengan pak (kepala) distrik untuk menempatkan mama-mama di semua tenda yang sudah kita pasang. Setelan pasang tenda, kita juga pasang dari (belakang) sini sampai depan sana. Namun tenda kita tidak bisa dapat full sesuai yang direncanakan,” sambungnya.
Sekda Hanna menuturkan, tenda yang dipasang itu diluar dari Bidang Sosial Ekonomi (Sosek) Sub PB PON XX Klaster Kabupaten Jayapura.
“Jadi tenda-tenda yang dipasang depan sini, kita yang bayar semua. Pada malam harinya kita juga sudah pasang tenda, tapi pagi esok harinya belum ada yang jualan. Sehingga saya kebawah untuk datang temui ibu Martha dan saat ketemu sama ibu Martha, saya bilang kalau ibu-ibu yang mau jualan agar segera taruh barang jualannya di dalam tenda yang sudah kita pasang dan sore harinya baru dong taruh barang jualan,” tuturnya.
Menurutnya, mama Elisabeth Yanteo ini yang mengakomodir mama-mama dari Grime yang ingin memasarkan produk UMKM di venue-venue PON.
“Maka, malamnya dong baru pasang semua disini. Karena tidak ada komunikasi dengan dong di depan dan juga tidak ada tenda. Akhirnya, dong pasang (bangun) standnya di tempat ini. Jika dipadatkan dalam tenda (stand), semua orang bisa dapat di dalam. Misalnya, satu tenda bisa ditempati dua orang pelaku UMKM guna memasarkan produk-produk hasil kerajinan tangan mereka,” imbuh Hanna Hikoyabi.
“Seperti saat ini apakah pelaku UMKM yang di dalam tenda itu mau terima dorang yang dari belakang sini ke depan. Nanti kalau kita pi ikut campur, nanti bisa jadi ribut toh. Makanya, kita serahkan masyarakat sendiri yang atur,” tandasnya.
Minta Maaf
Elisabeth Yanteo, yang membuat pernyataan sesalkan kinerja pemerintah dan direkam seseorang saat berada di stand UMKM miliknya, di Kampung Nolokla, Distrik Sentani Timur, akhirnya minta maaf.
Penyampaian permintaan maaf itu langsung dihadapan Sekda Kabupaten Jayapura saat berkunjung ke standnya, Selasa (12/10).
“Selaku tokoh perempuan dari Lembah Grime, hari ini di tempat yang sama, saya menyatakan mohon maaf kepada pemerintah Kabupaten Jayapura, terlebih kepada bapa Bupati Jayapura atas apa yang kemarin ada kekeliruan atau miss komunikasi dengan teman-teman yang urus tenda-tenda stand UMKM,” ujar mama yang sering disapa mama Lis.
Mama Lis memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Jayapura dalam hal ini Sekda Kabupaten Jayapura yang kembali mengunjunginya tuk kedua kalinya di stand UMKM Mama-mama Lembah Grime yang dibangun di depan rumahnya.
Dia juga menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya atas pernyataannya yang direkam seseorang.
“Saya sangat salut kepada pemerintah Kabupaten Jayapura, karena itu hanya sebagian rasa kesal saja dari kami mama-mama Lembah Grime yang tidak mendapat stand atau tenda jualan. Tapi, sesungguhnya kami sangat bangga dengan pemerintah Kabupaten Jayapura terlebih lagi pak Bupati,” paparnya
“Hari ini juga secara pribadi dan keluarga, saya minta maaf kepada pak bupati, pak kepala distrik, ibu Sekda dan teman-teman SKPD lain yang ada di lingkup Pemkab Jayapura. Kemudian atas nama ketua ikatan perempuan Lembah Grime, saya menyatakan mohon maaf yang sebesar-besarnya,” tambah Mama Lis.
Berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari Elisabeth Yanteo, bahwa perhatian Pemkab Jayapura sangat besar terhadap mama-mama penjual souvenir, kuliner dan handicraft yang ada di venue Kampung Harapan. Karena, Sekda Kabupaten Jayapura sudah dua kali mengunjungi stand atau lapak jualan mereka dan juga sempat berbelanja hasil produk kerajinan mereka
Sebelumnya, video tentang mama Lis beredar dan viral di Informasi Kejadian Kota Jayapura (IKKJ)
Dalam video tersebut mama lis mengatakan “Kita ini enam distrik dari Bagian Grime, kita tidak di kasi stand apapun. Dari kantor bupati, mereka bilang ada lapak-lapak (stand), ternyata tidak ada lapak-lapak. Akhirnya, saya punya rumah ini, saya suruh enam distrik datang untuk bikin kedai (stand) di depan rumah saya, dan tidak ada pembeli karena kita di belakang, ditutupi oleh tenda-tenda putih. Hari ini ibu mantan (Kepala Badan) pemberdayaan perempuan Provinsi Papua, ibu Ani Rawar datang ini sebagai juru selamat.”
“Setiap ibu, dia punya jualan dibeli oleh ibu Ani. Ini juru selamat yang datang, jadi ada salah satu tete (kakek) atau bapa kita dari (kampung) Genyem ini rasa sedih dan menangis, karena mulai dari pembukaan (PON) itu beliau tidak ada uang, tidak dapat uang sama sekali. Tapi, malam ini Tuhan kirim ibu (Ani) Rawar untuk bisa kunjungi kita, Grime punya stand-stand yang sebenarnya tidak pakai.”
“Saya juga sebagai aktivis perempuan Kabupaten Jayapura, saya sangat menyesal dengan kinerja pemerintah kabupaten Jayapura yang selama ini tidak memperhatikan secara baik. Sehingga Tanah Merah dan Grime, kami sebagai anak-anak tiri yang tidak diperhatikan. Jangan kami hanya dijadikan anjing berburu untuk kepentingan orang-orang atas. Ini saya terus terang, saya koordinator wanita Grime untuk enam distrik, saya katakan sangat menyesal dengan kinerja yang ada ini, terima kasih, terima kasih.”