Jayapura – Menjelang hari raya Idul Fitri 2025, daya beli masyarakat di Papua masih terpantau lesu. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Provinsi Papua, Haris Manuputty, yang juga menjabat sebagai General Manager SAGA Group, dalam keterangannya kepada wartawan saat Sidak Pj Gubernur Papua bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Saga Entrop, Kota Jayapura, pada Rabu (18/3/2025).
Haris menyampaikan bahwa sembilan bahan pokok (sembako) yang diperlukan untuk menghadapi Idul Fitri telah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Kendati demikian, meskipun stok sembako seperti ayam, telur, dan kebutuhan lainnya sudah tersedia, daya beli masyarakat tetap rendah.
Ia menjelaskan bahwa, meskipun seharusnya ada peningkatan daya beli sekitar 5 hingga 10 persen menjelang lebaran, hal tersebut belum tercapai.
“Dari pantauan kami, baik di pasar modern maupun tradisional, pembeli masih lesu. Banyak pedagang juga mengeluhkan hal yang sama,” ujar Haris.
Ia menambahkan, meskipun harga barang masih relatif stabil, para pedagang khawatir jika harga dinaikkan, daya beli akan semakin menurun. Haris berharap, dengan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) yang dilakukan dalam minggu ini, daya beli masyarakat dapat meningkat.
Menurutnya, penurunan daya beli masyarakat ini bukan disebabkan oleh efisiensi anggaran pemerintah, melainkan sudah terlihat sejak awal tahun.
“Penurunan daya beli masyarakat sudah terasa sejak Januari. Kami berharap dalam sepekan ini, daya beli masyarakat bisa kembali normal, terutama karena stok sembako telah tercukupi,” jelas Haris.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, daya beli masyarakat tahun ini mengalami penurunan drastis. “Tahun lalu, kami melihat adanya lonjakan daya beli menjelang Idul Fitri, tapi tahun ini penurunannya mencapai 10 persen, khususnya untuk SAGA Group,” tambah Haris.
Ia juga menilai bahwa ketidakpastian akibat belum adanya pemerintahan definitif di Papua berpengaruh pada menurunnya daya beli masyarakat.
Selain itu, sektor perhotelan dan UMKM juga merasakan dampak serupa. “Jajanan buka puasa yang biasanya ramai, tahun ini terlihat sepi. Kami juga mencoba berjualan bersama teman-teman dari Pegadaian beberapa hari lalu, namun hasilnya tidak maksimal, pembeli sangat sedikit. Sepertinya masyarakat lebih berhati-hati dalam pengeluaran,” ujar Haris.
Dengan adanya kebijakan pemerintah yang menurunkan harga tiket pesawat menjelang Idul Fitri, katanya, pasti ada peningkatan aktivitas mudik yang dapat mempengaruhi kepada perekonomian di Papua, dengan demikian, dampaknya akan penurunan daya beli masyarakat secara luas.