Jayapura – Saat ini Ekowisata merupakan program prioritas bahkan telah menjadi program promadonna bagi Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Jap Ormuseray, SH, MSi kepada sejumlah Wartawan, usai rapat kerja bersama Komisi II DPR Papua di Hotel Horison Kotaraja, Abepura, Kota Jayapura pada Jumat 3 Juni 2022.
“Jadi, Ekowisata ini menjadi prioritas kami. Apalagi, saat ini, Ekowisata telah menjadi primadona kita sekarang, apalagi sesuai dengan renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Dan kini menjadi trend dunia,” tandas Jap Ormuseray.
Untuk itu, lanjut Jap Ormuseray, pihaknya telah melakukan pengembangan Ekowisata, termasuk hasil hutan bukan kayu, yang sempat dipamerkan dalam ajang Pertemuan Tahunan (Annual Meeting) Governors’ Climate and Forests Task Force (GCF TF) ke 12 di Vasco Vasquez, Pusat Konferensi Manaus, Brazil pada 15-19 Maret 2022 lalu.
“Saat itu, kami tampilkan hasil hutan bukan kayu dalam ajang GCF TF di Brazil, berupa noken isi minyak kayu putih, sagu, madu, mangrove, anyam-anyaman dan lainnya, itu kita kasih semua. Bahkan, mereka akui kita punya kegiatan untuk mengalihkan orang untuk tidak tebang pohon tapi pengembangan itu diakui dunia dan kita terbaik bagaimana caranya tetap mempertahankan hutan,” ujar Kadishut Jap Ormuseray.
Dijelaskan, Ekowisata atau Ekotourism ini, merupakan bagian dari strategi menjaga hutan di Papua, dengan mengalihkan perhatian masyarakat yang awalnya suka menebang pohon dan kayu untuk hidup, dengan isu tanpa tebang pohon, bisa tetap hidup dan tetap dapat uang dengan mengembangkan Ekowisata.
Selain itu lanjutnya, Ekowisata ini juga merupakan potensi keindahan alam dengan membangun berbagai fasilitas di lokasi itu, seperti membangun fasilitas yang menarik termasuk tempat duduk, toilet, spot – spot foto dan lainnya, sehingga menjadi indah dan menjadi daya tarik orang untuk berkunjung.
Pada kesempatan itu, ia mencontohkan kampung wisata di Kampung Yoboy, Sentani, Kabupaten Jayapura yang awalnya mengecat warna-warni jembatan masuk yang ada di kampung itu.
“Saya lihat dan saya juga datang membantu anak-anak muda di sana untuk mengecat. Seminggu kemudian, mereka melaporkan ternyata jumlah pengunjung semakin meningkat pesat. Selanjutnya, kami membantu dana Rp 1 miliar untuk menambah panjang jembatan kayu 420 meter dan hari ini menjadi obyek kunjungan wisata yang menarik sehinggavbanyak orang datang,” bebernya.
Bahkan, kata Kadishut Jap Ormuseray.saat pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua digelar, terjadi peningkatan sangat signifikan pengunjung di Kampung Yoboy.
“Jadi, uang yang dibawa masuk atau dibelanjakan di Kampung Yoboy itu lebih dari Rp 3,5 miliar selama 2 minggu PON. Mereka beli ukiran, papeda, ikan gabus dan lainnya,” tuturnya.
Tak hanya itu, sebab Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua juga telah memberikan bantuan gazebo di daerah pesisir pantai mulai Bugisi dan Amay, sehingga potensi – potensi pariwisata itu bisa menarik wisatawan berkunjung, sehingga perekonomian masyarakat bisa hidup.
“Mereka yang berkunjung ke sana membeli ikan, lobster, ukiran dan buah-buahan. Nah, ini ibarat magnet untuk menarik orang datang berkunjung,” ucapnya.
Dikatakan, Dinas Kehutanan juga membangun Telaga Biru, yang awalnya tidak menarik untuk dikunjungi, namun setelah dibangun dan dipercantik serta dilengkapi berbagai fasilitas, akhirnya banyak orang berkunjung ke Telaga Biru itu.
“Di Kampung Ruar, Biak, kami juga membangun tracking mangrove di sana. Hari libur Sabtu – Minggu, orang banyak yang datang berkunjung ke situ. Nah, itu bagian dari pengembangan ekowisata di Biak,” tekannya.
Untuk itu, Dinas Kehutanan mengajak masyarakat di Paniai, Deiyai dan Dogiyai untuk tidak menebang pohon dengan menanam genemo dengan dibayar uang dan hasilnya mereka dapat nikmati sendiri.
“Sehingga mereka bisa membuat berbagai macam noken dari kulit kayu genemo itu. Jadi tahun ini kami juga terus lakukan itu,” pungkasnya. (Tiara)