Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri saat berbincang dengan Lince Hubi melalui panggilan telepon.
Jayapura – Bripda Lince Hubi tak bisa menyembunyikan raut wajah bahagianya saat bertatap muka dengan Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri, meski hanya secara virtual melalui panggilan video (video call), Senin (6/5/2024).
Ini merupakan pertemuan pertama setelah Lince Hubi, perempuan yang berasal dari panti asuhan Putri Kerahiman Sentani, Kabupaten Jayapura ini, lolos mengikuti pendidikan Polisi Wanita (polwan) dari Polda Papua pada 2021 lalu.
Kapolda Papua Irjen Fakhiri mengatakan, Bripda Lince Hubi adalah salah satu anak Papua yang bisa menginsipirasi anak anak Papua yang lain.
“Ia (Lince) walaupun tidak punya orang tua, tapi bisa membanggakan dirinya sendiri, keluarga, termasuk saudara saudaranya sendiri yang selama ini hidup bersama mereka di panti,” ucap Fakhiri mengapresiasi.
Selaku Kapolda, Fakhiri mengaku telah memerintahkan setiap Polres agar memfungsikan Polsek-Polsek yang ada panti asuhan di wilayahnya.
“Kalau kita bisa bantu anak anak panti, nanti kan mereka yang pernah hidup di panti, nanti bisa membantu panti tersebut supaya menambah kesejahteraan di panti seperti Lince ini, dan kepolisian bisa betul betul membantu masyarakat yang membutuhkan sentuhan kepolisian,” tegas Irjen Fakhiri.
Kisah Bripda Lince
Bripda Lince Hubi merupakan salah satu anak Papua yang berhasil mewujudkan impiannya berkat usaha dan semangat pantang menyerahnya. Di balik sosoknya yang kini bertugas di Polres Supiori, ternyata ada peran dari Irjen Fakhiri.
Lince awalnya bercita cita ingin menjadi seorang suster biara dan belum terpikir untuk menjadi Polwan.
“Namun saya lihat, teman teman saya banyak yang daftar Polisi, akhirnya saya juga tergerak untuk mencoba,” katanya.
Hingga suatu ketika, Kapolda Papua mengunjungi panti asuhan pada awal tahun 2021 lalu.
Saat itu Suster Kepala Panti Asuhan Putri Kerahiman, Yasinta Eva Ngoret (Sr. Alexia DSY) bertemu Kapolda dan menyampaikan bahwa ada anak panti yang sedang mendaftar Polwan.
“Saat itu bapak Kapolda, suruh mama suster (suster kepala) untuk mengirim nama lengkap dan nomor pendaftaran,” ujar Lince.
Bahkan, suster kepala menyuruh Lince untuk bertemu langsung dengan Kapolda. “Saat itu saya berbicara kepada bapak ini ada anak Papua yang sedang ikut tes Polwan. Saya ingin memberikan hadiah yaitu salah satu anak panti bisa jadi Polwan. Mendengar itu, bapa Kapolda langsung merespon. Dan akhirnya Tuhan jawab doa kami, yang dikirimkan melalui bapa Kapolda,” akunya bersyukur.
Setelah mengikuti semua tahapan tes, tiba waktu pengumuman hasil. “Hari pengumuman itu saya sempat ragu, dan tidak yakin lulus. Itu kita dengar hasil tunggu sampe jam 4 subuh. Saya sampai tidur dibawah kolong mobil beralaskan koran. Entah apa jadinya kalau mobil tiba jalan, saya pasti sudah diinjak,” aku Lince tertawa.
Saat mendengar ia lulus, Lince sempat tidak menyangka. Ia hanya menangis dan langsung berlari pulang, tiba di asrama panti, Lince langsung mencium kaki mama suster sambil mengucapkan terima kasih.
“Saya sangat berterimakasih kepada bapak Kapolda yang sudah membantu saya, menyemangati saya sampai akhirnya saya bisa lulus dan meraih impian saya saat ini, makasih bapak,” ucapnya.
Setelah mengikuti pendidikan diluar Papua, Lince kembali dan mulai berdinas. Menarik, karena gaji pertamanya ia berikan kepada suster dan saudara saudaranya di panti.
“Saat Lince kembali dari pendidikan, saya menangis terharu menjemputnya. Karena dia pergi dengan pakaian biasa, tapi dia pulang dengan pakaian seragam polwan dan terlihat sangat berwibawa berbeda dengan Lince yang dulu dikenal di panti. Auranya berubah cara bicaranya, tata kramanya sopan santu, semua sangat berbeda,” kata suster bangga.
Ia hanya berpesan agar Lince jalankan tugas negara dengan baik, bekerja diimbangi dengan berdoa. Sehingga jalannya selalu dalam terang Tuhan.
Suster Alexia pun menyampaikan ucapan terimakasih kepada Kapolda Irjen Fakhiri sudah sangat peduli dengan anak anak panti.
“Kebaikan Kapolda sangat luar biasa. Beliau betul betul merakyat, terutama dengan kami di panti. Bapak Kapolda sudah dianggap seperti bapak sendiri oleh anak anak panti. Bapak Kapolda datang saja mereka sangat senang dan menyambut dengan sukacita,” ucapnya
Ia menambahkan saat ini ada 83 anak-anak yang tinggal di panti dan berasal dari daerah-daerah konflik seperti Dogiyai, Intan Jaya, Jayawijaya, Yahukimo, Oksibil (Pegubin) dan Keerom.