MERAUKE,ARAFURA,-Jika melihat sosok perwira polisi yang satu ini, sekilas akan terlihat sosok yang sederhana namun di sisi lain, polisi yang satu ini juga memiliki karakter yang rendah hati dan sangat dekat dengan masyarakat di tempat tugasnya, yakni di wilayah Bupul. Polisi bernama IPDA Mohamad Aris Dianto, SH yang saat ini menjabat sebagai Kapolsek Bupul memiliki perhatian yang sangat besar kepada masyarakat Bupul dan berupaya melakukan terobosan-terobosan agar masyarakat setempat dapat hidup dengan layak dan tidak ketinggalan di berbagai bidang.
Kepada ARAFURA News di Poliklinik Polres Merauke kemarin, Kapolsek Aris Dianto menyampaikan bahwa ia menjabat sebagai Kapolsek Bupul sejak Maret 2021 sehingga masih terbilang baru. Menurutnya, jabatan itu adalah sebuah amanah sehingga ia berkomitmen untuk dapat melaksanakan tugas dengan semaksimal mungkin sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh pimpinannya saat ini. Ia mengakui sangat mengagumi ketegasan dan sikap peduli yang dimiliki oleh komandannya, Kapolres Merauke AKBP Ir.Untung Sangaji, M.Hum.
“Bapak Kapolres kita ini selalu memberikan contoh teladan yang menurut saya sangat luar biasa. Tidak hanya di lingkup Polres saja namun semua orang sudah tahu tentang kebaikan beliau yang datang jauh-jauh dari luar Merauke namun sudah melakukan banyak terobosan dengan memberdayakan masyarakat menjadi trampil,”jelasnya. Menurutnya, seorang Kapolsek adalah ‘miniaturnya’ Kapolres sehingga dalam melakukan tugas tidak boleh melenceng dari apa yang sudah diajarkan oleh Kapolres. Oleh sebab itu sejalan dengan apa yang dilakukan oleh komandan yang dikaguminya itu, ia mulai bergerak cepat dengan membidik tiga kampung lokal untuk dibina.
Hal ini dilakukan karena dirinya memang lahir dan besar di tanah ini bahkan merupakan generasi keempat. Pria yang lahir dan besar di wilayah Kuprik ini bahkan sudah diakui sebagai anak adat sehingga ia merasa memiliki tanggung jawab moril untuk membantu masyarakat asli Papua. Ada niat mulia yang ia sampaikan dimana ke depan, ia ingin melakukan pendampingan kepada anak-anak wilayah perbatasan yang putus sekolah dengan harapan suatu saat mereka dapat kembali mengenyam pendidikan yang layak karena mereka adalah anak asli tanah ini.
“Saya akan berupaya berbuat sesuai dengan kapasitas saya agar anak-anak ini tidak menjadi penonton di negerinya sendiri namun justru menjadi pelaku. Meskipun karena usia mungkin tidak bisa lagi melalui pendidikan formal maka bisa dicarikan alternatif lewat pendidikan non formal. Saya sudah turun ketiga kampung di awal tugas terutama di Kampung Kweel untuk berkoordinasi dengan aparat kampung, tokoh adat dan tokoh masyarakat yang ternyata sangat welcome,”jelasnya.