Jayapura, – Dampak dari virus corona atau covid-19 ini selain membuat kepanikan bagi masyarakat, tapi juga banyak masyarakat kecil khususnya masyarakat ekonomi lemah mengeluh dan dilema, pasalnya ditengah pendemi covid-19 ini para pedagang di pasar, mereka rame-rame memanfaatkan situasi dengan menaikan harga sembako.
Seperti harga telur yang ada hari ini sangat melonjak, yang biasanya di jual Rp 60 – 75 per 1 rak, kini sudah mencapai Rp 95. 000. Dan ini kalau tidak secepatnya diantisipasi tidak menutup kemungkinan bakalan naik lagi menjadi Rp.100 ribu atau mungkin Rp.110.000. Apalagi sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, sehingga pedagang nakal tentunya memanfaatkan moment itu lagi.
Menanggapi polemik ini, Ketua Komisi II DPR Papua yang membidangi Perekonomian, Mega M F. Nikujuluw, SH angkat bicara, bahwa pihaknya pun bingung dengan melonjaknya harga sembako khusunya harga telur di sejumlah pasar.
Padahal kata Mega, pekan kemarin kapal barang yang memuat telur sudah masuk ke pelabuhan Jayapura.
“Jadi kalau dikatakan langkah atau telur habis itu tidak mungkin, karena telur di pasar masih sangat banyak. Jadi kami para pengecer dan distributor jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk menaikan harga telur secara drastis sesuka hati kalian. Kasihan masyarakat kecil khususnya yang ekonomi lemah, kalian tidak tahu betapa sulitnya mereka mendapatkan kebutuhan pangan ditengah pandemi ini,” tandas Ketua Komisi II DPR Papua, Mega Nikijuluw ketika dihubungi Pasific Pos lewat via telepon, Senin (6/4), siang.
Namun kata Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) ini, pihaknya akan terus lakukan komunikasi dengan Ketua Satgas Pangan Daerah Provinsi Papua, juga Disperindakop Provinsi Papua, agar mereka secepatnya bisa turun langsung menanyakan kepada distributor dan pengecer, kenapa sampai bisa ada lonjakan harga telur, apalagi dalam kondisi saat ini.
“Ini sama saja menyiksa masyarakat. Apalagi dalam berapa hari kedepan saudara kita umat muslim, akan memasuki bulan suci Ramadhan. Untuk itu, hal ini harus secepatnya diantisipasi karena kedepannya juga akan dilaksanakan hari raya idul fitri. Sungguh sangat miris jika pemerintah tidak seceparnya ambil langkah atasi ini, karena tentunya akan banyak lagi pedagang-pedagang nakal dengan mengambil keuntungan dibalik situasi seperti ini,” ujar Mega.
Oleh karena itu, pihaknya berharap Ketua Satgas Pangan dan Disperindagkop secepat lakukan pertemuan dan membuat jadwal untuk bersama-sama turun ke pasar lakukan inspeksi mendadak (sidak) agar bisa melihat secara langsung, ini distributornya bagaimana dengan pengawasannya di lapangan.
“Tapi dalam sidak nanti, kami bukan hanya pantau harga telur saja tapi juga harga sembako lainnya. Seperti beras, minyak goreng bawang merah, bawang putih karema jangan sampai ada lonjakan juga pada Bapok lainnya. Selain itu kamu juga akan pantau gula pasir di pasar, apakah sudah atau belum, karena memang gula pasir saat ini lagi kosong. Tapi intinya kita juga harus melihat harga sembilan bahan pokok ini, karena ini juga persiapan menjelang hari raya idul fitri,’ jelasnya.
Menurutnya, yang sangat merasakan imbasnya masyarakat yang ekonomi lemah jika terjadi lonjakan harga yang sangat drastis.
“Yang ekonomi lemah ini yang sangat terasa imbasnya. Kalau maayarakat menegah keatas mungkin tidak terlalu memikirkan soal harga. Oleh sebaby itu kami Komisi II berkolaborasi dengan Tim Satgaa Pangan untuk turun ke pasar lakukan sidak untuk melihat ketersediaan bahan pokok ditengah covid-19 ini dan juga dalam menghadapi hari raya idul fitri,”
Sementara itu, Anggota Komisi II DPR Papua, Petrus Pigai, mengingatkan para pedagang agar tidak memanfaatkan situasi untuk menaikkan harga sembako ditengah pandemi covid-19 ini.
“Jadi ini yang perlu diperhatikan. Jangan coba-coba menaikkan harga sembako,” tegas Petrus Pigai.
Menurut Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu, sanksi atau hukum yang diberikan kepada oknum pedagang yang dengan sengaja menaikkan harga bapok cukup berat.
“Kalau tidak salah itu hukuman penjara paling lama 5 tahun dan dendanya Rp 50 miliar. Itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Pasal 107 tentang Perdagangan,” jelas Petrus Pigai.
Oleh karena itu, Petrus Pigai meminta masyarakat juga proaktif jika memang menemukan pedagang yang sengaja menaikan harga bapok di tengah pandemi corona.
“Segera laporkan saja ke Satgas Pangan. Nanti oknum pedagang yang nakal itu akan berurusan dengan pihak berwajib dalam hal ini kepolisian,” tandasnya.
Hal senada dikatakan H. Darwis Massi, SE yang juga merupakan anggota Komisi II DPR Papua ini, pihaknya akan turun ke lapangan untuk melihat secara langsung penyebab kenaikan dari harga telur.
Sebab kata mantan anggota DPRD Kota ini, untuk barang kebeutuhan tertentu, ada beberapa faktor sehingga harga kebutuhan pangan melonjak.
“Pertama bisa karena memang ada unsur kesengajaan, mengingat permintaan yang meningkat. Kedua, bisa saja karena biaya operasional pengiriman yang membengkak.
Namun untuk barang tertentu di Papua kata Darwis Massi, itu di import. Seperti bawanh putih,bawang merah, ikan asin, telur dan lain-lainnya karena memang stok kurang.
Sementara info bahwa harga telur melonjak kata Politisi PKS ini, karena ada pembatasan kapal laut PELNI masuk, sehingga beberapa pedagang pesan lewat pesawat Hercules yang sempat masuk kemarin dan tentunya biaya pengirimannya juga besar.
“Yang pasti kata Darwis Massi, jika ada pedagang yang dengan sengaja menimbun sembako, lalu memanfaatkan kondisi ini dengan menaikan harga, maka perlu ditindak tegas sesuai undang-undang yang berlaku,” tandas Darwis Massi.