Jayapura – Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Papua Komjen Pol Mathius Derek Fakhiri yang berpasangan dengan Bakal Calon Wakil Gubernur (Bacawagub) Papua Aryoko Rumaropen, yang dikenal dengan sebutan Mari-Yo menggelar safari politik ke Kabupaten Jayapura.
Dalam safari politiknya, Mathius Derek Fakhiri (MDF) disambut sejumlah Ondofolo, Khose serta dihadiri bakal calon bupati Jayapura, yang juga tokoh adat sentani Dr. Yohannis Manangsang, M.Kes.
Selain itu, nampak juga bakal pasangan calon (Paslon) bupati dan wakil bupati Jayapura Ted Yones Mokay – Haji Supardi (TEPAD) dan pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati Jayapura Jan Jaap Ormuseray – Asrin Rante Tasak (JOAN).
Acara safari politik ini bertajuk temu sapa bersama adat Tabi dan masyarakat Nusantara di Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura ini diawali dari Dermaga Pantai Khalkote menuju Pulau Ajau untuk melakukan ziarah ke makam leluhur Ondofolo yang ada di Kampung Ifar Besar serta ziarah ke makam dari penginjil di Kampung Ifar Besar dan diakhiri dengan temu sapa (tatap muka) bersama masyarakat adat Tabi dan masyarakat Nusantara di Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Pada kesempatan itu, Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Papua Komjen Pol Mathius Derek Fakhiri (MDF) dalam sambutannya meminta kepada seluruh bakal calon bupati dan wakil bupati (Bacabup-Bacawabup) Jayapura agar dapat mengimbau para pendukung, relawan maupun simpatisannya agar melakukan politik dengan etika dan juga dengan cara-cara yang santun.
Menanggapi itu, Dr. John Manangsang Wally (JMW) menilai apa yang di sampaikan dalam sambutan singkat calon gubernur (Cagub) Papua Mathius Derek Fakhiri (MDF) penting untuk dilakukan oleh setiap bakal calon karena beliau adalah seorang penegak hukum yang selama ini mampu menjaga keamanan dan ketertiban di Tanah Papua.
“Karena itu tentu kita berharap prosesnya juga harus berjalan dengan bagus. kita tidak bisa hindari adanya black campaign atau politik (kampanye) hitam. Akan tetapi, paling tidak dari setiap kandidat berbicara dengan tim suksesnya dan partai politiknya bahkan dengan pendukung-pendukung fanatiknya, harus membawa berita atau imbauan tentang kesejukan,” kata JMW sapaan akrabnya usai menghadiri safari politik MDF di Kampung Ifar Besar, Kabupaten Jayapura, Selasa (17/9/2024) siang.
“Jadi kita ini tidak bisa mengontrol orang lain, namun minimal dari saya itu adalah mengontrol tim saya,” sambungnya.
Untuk itu, ia berharap kepada kandidat calon kepala daerah yang lainnya juga bisa mengontrol tim-timnya dalam momen politik lima tahunan ini.
Sebab menurut mantan Direktur RSUD Abepura ini, yang di sampaikan oleh bakal Cagub Papua MDF ini sangat benar.
“Apa artinya kita mau dapat seorang pemimpin tetapi maju dengan segala macam cara yang tidak terpuji, apalagi tanah Papua adalah tanah damai. Kemudian, di Kabupaten Jayapura itu sebagai barometer untuk Papua. Nah, seperti apa kalau barometer disini rusak dalam percaturan politik ini, maka tercorenglah barometer itu,” katanya.
“Oleh karena itu menurut saya, kelima (bakal) calon ini sudah harus menangkap pesan yang tadi disampaikan oleh pak MDF dan sudah harus mulai menerapkan ke timnya sebelum kita maju ke medan pertempuran yang sebenarnya apalagi inikan seminggu (sepekan) menjelang penetapan bakal calon ke calon kepala daerah. Nah, kita sudah harus memahami ini terlebih dulu untuk menyadari itu,” tambahnya.
Sekali lagi lajut JMW, ia sangat sepakat dan mendukung imbauan yang di sampaikan oleh (bakal) Cagub Papua Mathius Derek Fakhiri.
“Dan saya pikir itu prinsip yang paling penting, karena kalau kita cerita mau buat satu Jayapura Emas tetapi kita masuk dengan proses yang tidak pantas, kira-kira orang akan bicara apa, itu yang di bilang bicara lain dan main lain. Itu yang di bilang sudah tidak bisa di percaya dan memang kita tidak bisa hindari, karena ada oknum-oknum di dalam tim mungkin, yang sudah kebiasaan sebelum-sebelumnya kadang menipu dan kadang begini, saya pikir itu manusiawi,” sebutnya.
“Oleh sebab itu, kehadiran kita sebagai calon pemimpin untuk semua orang itu harus memberikan satu keteladanan, ya menegur kalau salah dengan cara-cara yang juga lebih santun. Sehingga akhirnya orang-orang ini dia bisa sadar dengan sendirinya, terus mau melangkah, jadi saya begini dan saya begitu kurang benar atau kurang baik,” terangnya.
Menurut dia, tidak ada calon satupun yang sempurna dan itu persoalannya ada di situ. “Artinya kita bertarung inikan upaya manusia, tetapi keputusannya itu sudah ada di tangan Tuhan sehingga sehebat kita pun tetap kita ada dalam kendali Tuhan,” ujarnya.
“Dengan demikian, saya berharap kepada seluruh masyarakat terutama masyarakat adat kita berbicara itu memang betul-betul kita bicara. Karena dalam adat itu bicara tentang hal yang benar. Jadi, kalau bisa itu kita kalau sudah bicara ‘A’, jangan bicara ‘B’ lagi atau bertindak ‘B’ lagi. Tetapi harus kita sesuaikan, karena itu wibawa dan harga diri kita sebagai adat dan saya sebagai bagian dari adat. Kalau dari adat sudah bicara ‘A’, maka saya akan ikut seperti itu,” tutup Manangsang Wally.