Sentani – Gerakan Pulang Kampung (GPK) menjadi salah satu materi yang diusung Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) dalam sarasehan Kongres Masyarakat Adat Nusantara ke Enam (KMAN-VI) di Kampung Hobong, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.
Dicky Senda, salah satu narasumber dari Komunitas Adat Mollo Nusa Tenggara Timur (NTT) yang juga terlibat dalam gerakan ini mengatakan, materi ini sangat menarik dan penting, terutama bagi orang-orang muda untuk menjawab isu-isu yang ada di kampung.
“Hari ini semua orang muda dalam komunitas adat punya keresahan yang sama. Misalnya seperti kami di Timor, kampung-kampung jadi kosong karena orang muda pergi merantau untuk cari kerja sementara tanah atau ruang hidup masyarakat adat, tradisi dan budaya mereka hilang,” ujar Dicky di Kampung Hobong, Selasa (25/10/2022).
Nah, melalui materi gerakan pulang kampung dalam sarasehan ini orang -orang muda di diharapkan dapat melakukan sesuatu untuk melindungi kekayaan alam dan budaya serta tradisi di kampung mereka.
Menurutnya, gerakan pulang kampung ini bisa dimulai dari pengarsipan dan pendokumentasian pengetahuan adat, karena masyarakat adat lebih banyak bertutur untuk mewariskan pengetahuan lokal itu secara turun-temurun.
“Kita sebagai orang muda saat ini sudah ada teknologi yang bisa mengarsipkan pengetahuan lokal milik kita dan itu juga bisa dilakukan melalui sekolah adat,” ujarnya.
Hal ini sudah di dorong melalui sekolah-sekolah adat yang ada di NTT, Papua, Kalimantan dan Bali dan di daerah lainnya agar orang muda dapat mengarsipkan dan mendokumentasikan pengetahuan adat itu melalui multimedia untuk generasi yang datang.
” sekolah adat ini bukan untuk menandingi sekolah formal tetapi untuk melengkapi sekolah formal kita karena saat ini anak-anak muda tidak dapat ruang dan mengakses akses pendidikan lokal baik makanan, tradisi, budaya dan sejarahnya.” tandas Dicky Senda.