TIMIKA – Atlet Aeromodelling yang membela tim Papua , Nanik Novianti mempersembahkan dua medali emas, juga perak dan perunggu.
Sebelumnya, di PON Riau dan Jabar, Nanik juga berhasil persembahkan dua emas buat Jawa Tengah, sehingga total empat emas yang sudah diraih Nanik selama tiga kali mengikuti PON. Raihan tersebut, membuat Nanik mengaku telah memutuskan untuk pensiun menjadi atlet Aeromodeling.
“Saya mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas semua nikmat ini, orangtua saya, dan rekan-rekan seperjuangan. Khusus kepada pemerintah Papua yang sudah memberikan pelayanan dengan setulus hati kepada kami atlet Papua.Torang Bisa,” ucapnya.
Nanik mengakui, pelaksanaan PON XX Papua relative lebih mewah jika dibandingkan dengan ajang yang sama di tahun-tahun sebelumnya.
“Dalam hal perbandingan mengenai akomodasi selama pengalaman PON, Papua merupakan yang paling mewah,” katanya.
Nanik sudah tiga kali mengikuti ajang PON. Tahun 2012 di Riau dan tahun 2016 di Jawa Barat, keduanya mewakili Jawa Tengah, sementara PON XX mewakili Papua.
Pencapaian luar biasa di PON XX, membut Nanik mengaku bisa pensiun dari Aeromodeling dengan baik. Sebab, sesuai janji Gubernur Papua, Lukas Enembe, bahwa atlet peraih medali emas akan mendapat bonus Rp1 miliar.
“Uang bonus yang akan diberikan pemerintah Provinsi Papua akan dimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaat. Saya akan membuatkan rumah orangtua saya yaitu Ibu saya yang tinggal sendiri di kampung, karena kondisi rumah saya di kampung masih belum memadai” katanya.
Tidak hanya itu, kata Nanik uang tersebut juga akan digunakan untuk biaya kuliahnya. Nanik juga bercita-cita menjadi seorang ASN.
“Semoga Allah mengabulkan semua niat ikhlas saya terutama kepada orang tua saya,” ujarnya, Senin (11/10/2021).
Nanik mengaku telah mantap mengambil keputusan besar dalam karirnya. Ia memutuskan pensiun setelah berhasil persembahkan emas buat Papua.
Perempuan asal Jawa Tengah yang saat ini berusia 34 tahun merasa kemampuan bertanding sudah tidak maksimal. Ia memilih menjadi pelatih bersama Pelatih Cabor Aeromodelling Papua, David Gunawan.
“Kalau untuk nasehat atau motivasi kepada para atlet Papua tidak terlalu rumit, hanya butuh latihan dengan betul-betul disiplin,”kata Nanik.
Menurut Nanik, untuk atlet baru di dunia aeromodelling,secara mental dan pengalaman bertanding masih sangat kurang. Namun untuk teknik dan segala macamnya sudah melebihi dirinya.
“Kalau saya jam terbangnya banyak, kalau misalnya saya dapat masalah kan tahu cara mengatasinya. Kalau mereka mungkin kurang paham dengan sikap,” terangnya.
Atlet kelahiran 1987, menetapkan prinsip optimis sangat mudah diucapkan. Dibutuhkan tekad dan disiplin yang konsisten.
Ia bercerita, awal dirinya minat Cabor Aeromodelling. Dulu di kota Semarang, Jawa Tengah sedang seleksi mencari atlet, Nanik ditawarkan oleh pelatih Cabor Aeromodelling David Gunawan untuk ikut seleksi, sejak itu timbul kecintaannya kepada aeromodelling.
“Kan waktu itu nggak tahu sama sekali cabor itu, kita masih awam. Semakin kita nikmati dan akhirnya suka. Sejak saat itu konsen di situ sampai turun pertama tahun 2012 di PON XVIII Riau 2012,” jelasnya.
Melihat kilas pengalaman saat PON XVIII Riau 2012 lalu perkuat Jawa Tengah, Nanik optimis bisa meraih 3 medali emas, tetapi karena saat itu pengurangan medali sehingga ketiga nomor pertandingan itu digabung menjadi satu atau trilomba yakni OHLG, L1A putri, dan L1H Putri menjadi satu medali emas.
Kemudian di PON XIX Jawa Barat 2016 juga sama, akan tetapi saat itu setelah PON Riau, Nanik cedera tangan, jadi fokus di tarik atau nomor pertandingan F1A Putri dan F1H Putri, akan tetapi tetap bisa merebut medali emas .
Nanik dalam kesempatan itu juga bercerita terkait kegagalannya meraih Emas di nomor Outdoor Hand Launch Glinder (OHLG) Putri. Nanik yang meraih juara 2 atau perak PON XX dinomor tersebut, mengaku terkendala saat pesawat posisi Playoff masih tinggi langsung menabrak hutan, karena penempatan poolnya atau pemilihan tempatnya tidak beruntung dalam pengambilan posisi tempat bertanding.
“Karena pengambilan posisi itu seperti arisan atau cabutan kertas nomor, dapatnya di Poll 1 sebelah kanan angin dari arah itu, sehingga setelah naik tinggi langsung masuk tabrak hutan. Kalau seandainya lapangan luas masih bisa lebih bagus,”tuturnya.
Ketakutan terjadi tabrakan itu sudah dari sebelum bertanding dibicarakan ke KONI dan akhirnya terjadi tabrakan. (humas pb pon papua)