Jayapura – Program nasional Makan Bergizi Gratis atau MBG yang diluncurkan oleh pemerintah pusat pada 6 Januari 2025 disambut hangat oleh berbagai kalangan, termasuk tokoh pemuda dan adat di Papua.
Rando Rudamaga, salah satu tokoh pemuda Papua menyampaikan alasan mendukung program tersebut lantaran anak – anak Papua memiliki kesempatan lebih baik untuk tumbuh sehat dan mendapatkan nutrisi yang cukup.
“Kami mendukung penuh program ini karena sangat bermanfaat bagi generasi emas Papua di masa mendatang, meskipun belum diterapkan sepenuhnya di wilayah ini, tetapi kedepan, program ini akan terlaksana di semua daerah, termasuk di Papua,” ucap Koordinator Aliansi Pemuda Aktivis Papua ini.
Dirinya mengajak masyarakat mendukung program tersebut, dan mengimbau kepada kelompok tertentu agar tidak melakukan aksi provokasi untuk menolak lantaran MBG sebagai fondasi utama dalam menghasilkan generasi yang lebih sehat, kuat dan berdaya saing.
Ondofolo Heram Dasim Klewbeuw Sentani Timur, Yansen Ohee mengatakan, Papua selama ini dikenal menghadapi tantangan besar dalam pemenuhan gizi anak-anak, terutama di daerah pedalaman yang sulit dijangkau.
“Faktor geografis, keterbatasan akses pangan bergizi, serta kondisi ekonomi yang belum merata menjadi kendala utama, sehingga program MBG menjadi harapan besar bagi Papua yang telah membantu orang tua untuk masa depan anak-anak,” kata Yansen, Jumat (7/3/2025).
Menyikapi aksi penolakan dari kelompok tertentu yang meminta pemerintah pusat mengutamakan pendidikan gratis ketimbang makan bergizi gratis di Papua, Yansen bilang bahwa program pendidikan gratis telah dicover oleh dana otonomi khusus.
“Oleh sebab itu, permintaan dialamatkan ke pemerintah daerah bukan pemerintah pusat. Kami bersyukur program MBG ada. Bagi kami ini anugrah Tuhan karena sangat dibutuhkan. Sekarang kalau dikasih pendidikan gratis, tetapi anak-anak kita tidak sehat, maka percuma saja,” ucap Yansen.
Selaku tokoh adat di Papua, pihaknya dengan tegas menolak kelompok separatis yang mencari celah untuk membuat situasi keamanan tidak kondusif dengan memprovokasi masyarakat ataupun pelajar untuk tidak mendukung program tersebut.
“Hari ini kita bisa sekolah, makan dan beribadah merupakan bagian dari kebebasan yang patut disyukuri,” kata Yansen.