Yunus Wonda : Itu Perbuatan Terkutuk dan Tidak Manusiawi
Jayapura, – Di tengah pandemi virus corona atau covid-19 yang saat ini menipa negeri kita, penembakan kembali terjadi terhadap dua warga sipil di Timika, Kabupaten Mimika pada, Senin (13/4/2020).
Insiden inipun akhirnya menarik perhatian publik, juga DPR Papua dalam hal ini Wakil Ketua I DPR Papua, DR. Yunus Wonda, SH MH.
Bahkan, legislator Papua ini mengecam atas perbauatan yang dilakukan oleh oknum aparat TNI itu dan mengutuk keras kejadian penembakan yang dilakukan aparat tersebut di Timika. Pasalnya, dua warga sipil yang tidak berdosa harus meregang nyawa setelah tertembus timah panas dari oknum aparat itu.
“Kami sangat berduka atas kejadian ini,” kata Yunus Wonda kepada Pasific Pos lewat via selulernya, Rabu (15/4), siang.
Yunus Wonda menilai penembakan terhadap dua warga sipil yang diketahui bernama Roni Wandik dan Eden Armando Debari, merupakan perbuatan yang terkutuk dan sangat tidak manusiawi.
Menurut Politisi Partai Berlambang Mercy itu, (Demokrat) kejadian seperti ini tidak pernah berhenti, bahkan terus terjadi jika tidak pernah mengerti dan tidak memahami akan budaya dan karakter orang asli Papua.
“Air mata, tangisan dan darah terus mengalir. Peristiwa ini sangat tidak manusiawi. Kenapa terus lakukan penembakan ke warga sipil,” tandas Yunus Wonda dengan nada kecewa.
Seharusnya lanjut Yunus Wonda, warga sipil, dijaga dan dilindungi. Bukan untuk dibunuh. Oleh karena itu, pihaknya meminta TNI-Polri sebagai pengayom rakyat, untuk lakukan pendekatan profesional dalam menjalankan tugas di Bumi Cenderawasih ini.
“Masyarakat sipil itu harus kita jaga. Terus kalau begini kemana mereka mau mengadu,”imbuhnya.
Apalagi kata Wonda, sudah sangat banyak orang asli Papua (OAP) yang menjadi korban penembakan di atas tanah mereka sendiri.
Menurutnya, model-model seperti ini harus dihentikan. Tidak boleh terus mengeluarkan air mata warga masyarakat diatas tanah ini.
“Yang menjadi pertanyaan kami kenapa harus ditembak mati? Kan bisa dilumpuhkan dengan menembak kakinya, sehingga proses hukumnya. Jangan semua orang Papua dianggap itu KKB atau TPN-OPM lalu harus ditembak semua, tapi ujung-ujungnya yang ditembak malah warga sipil,” ketusnya.
Untuk itu kata Yunus Wonda, pihaknya meminta Kapolri dan Panglima, jika hendak mengirim prajuritnya bertugas ke Papua, harus diberi pemahaman tentang budaya dan kultur orang asli Papua.
“Jadi dia harus paham itu dulu. karena mengirim orang-orang untuk bertugas ke Papua bukan asal tahu menembak saja, tapi pertama dia harus mengerti akan budaya dan karakter orang asli Papua,” tekannya.
Sekadar diketahui, kedua korban ini diduga ditembak oleh aparat yang bertugas dalam operasi penindakan dan penegakkan hukum kelompok kriminal bersenjata (KKB) pada, Senin (13/4) sekitar pukul 16.00 Wit. Keduanya ditembak saat sedang mencari ikan di areal mile 34, Kabupaten Mimika.