Jayapura : Diketahui, kika dalam beberapa minggu kedepan, masa kepemimpinan Benhur Tommy Mano dan H. Rustan Saru selaku Walikota dan Wakil Walikota Jayapura akan berakhir.
Hal itu disampaikan Walikota Jayapura, DR. Drs. Benhur Tomi Mano, MM didampingi Wakil Walikota Jayapura, Ir. H. Rustam Saru dihadapan puluhan wartawan, baik cetak, elektronik dan Online disela sela acara buka puasa bersama Insan Pers yang berlangsung di Hotel Horison Kotaraja, Kota Jayapura, Rabu 27 April 2022, semalam.
Dalam acara buka puasa bersama insan pers di Kota Jayapura, Walikota Jayapura, Benhur Tommy Mano menuturkan seusai masa jabatannya ini berakhir, dia punya keinginan untuk duduk sebagai anggota DPR-RI.
Menurut pria yang akrab di sapa BTM ini, itu merupakan langkah awal yang akan di lakukan, setelah dirinya tidak lagi menjabat sebagai kepala daerah.
“Kalau untuk gubernur saya masih harus berpikir lagi. Karena jadi gubernur itu pekerjaannya tidak gampang sangat sulit. Jadi mungkin saya akan maju jadi calon anggota DPR-RI” kata BTM kepada sejumlah awak media, semalam.
Dikatakan, keinginannya untuk menjadi anggota DPR-RI ini, sebab punya suatu tujuan agar sekiranya dapat membantu untuk membuat suatu kebijakan khusus untuk pembangunann Papua yang jauh lebih baik kedepan.
“Itu salah satu keinginan saya, supaya bisa membantu membuat kebijakan agar pembangunan di Papua juga bisa lebih baik lagi,” jelasnya.
Selain ingin menjadi anggota DPR-RI, BTM juga mengaku bahwa ia sudah di tawari oleh menteri Sosial, Tri Rismaharini agar dapat membantunya di Kementerian Sosial nantinya.
“Sudah ditawari, karena Menteri Sosial inikan teman saya, tapi saya juga belum mengambil keputusan, kita lihat saja nanti seperti apa. Intinya saya ingin tetap membangun Papua walaupun sudah tidak jadi kepala daerah lagi” ujar Tomi Mano. (Tiara).
Sementara itu, Wakil Walikota Jayapura, Ir. H. Rustam Saru mengatakan, peran pers dan perkembangan pers di kota Jayapura begitu cepat dan cukup menyentuh semua kalangan.
Lanjut dikatakan, memang kedepannya yang mungkin perlu kita sama sama pahami tentang keseimbangan.
“Karena jangan sampai ada berita yang keluar tanpa ada komfirmasi atau komunikasi dari dua belah pihak. Jadi beritanya harus seimbang karena terkomfirmasi, sehingga narasumbernya sama sama senang dan tidak ada yang dirugikan dalam pemberitaan itu. Dan, jangan sampai nanti dalam pemberitaannya pincang dan itu dapat meimbulkan konflik di tengah tengah masyarakat. Ini yang harus kita jaga bersama dengan baik,” pungkasnya. (Tiara).
