Feryanan : Rektor Harusnya Berperan Sebagai Orang Tua Bagi Mahasiswa
Jayapura, – Sekretaris Komisi I DPR Papua yang membidangi Pemerintahan, Politik, Hukum dan HAM, Feryana Wakerkwa, S.IP, M menilai rektor Uncen seharusnya berperan sebagai orang tua dan pelindung bagi mahasiswa. Bukan menyuruh aparat keamanan menghadang atau menghalang-halangi aksi unjuk rasa mahasiswa, seperti dalam video yang beredar saat ini.
Oleh karena itu, Feryana pun menegaskan secara pribadi dan lembaga sangat menyesalkan, kalau memang ada keterlibatan pihak Uncen untuk membungkan demokrasi yang ada.
“Hak adik-adik mahasiswa ini hanya menyampaikan pendapat. Mestinya rektor berperan sebagai orang tua yang bisa mengayomi dan melindungi adik-adik ini karena mereka ada di lembaga itu seperti anak dan beliau sebagai bapak. Jadi kami sangat sesalkan jika memang pihak Uncen terlibat membungkan demokrasi yang ada,” kata Feryana Wakerkwa kepada sejumlah wartawan, Kamis (29/10).
Bila perlu kata Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, ketika ada aparat yang menghadang, beliau harus maju di depan sebagai tameng mahasiswa. Dengan begitu mahasiswa merasa bangga dan ada rasa memiliki.
“Tapi selama ini adik-adik ini merasa seperti anak ayam yang kehilangan induknya, tidak ada perlindungan buat mereka. Sangat memprihatinkan memang, jadi kami harap kalau memang tidak terlibat, katakan tidak, itu saja, sehingga masalah cepat selesai,”tandasnya.
Anggota DPR Papua lainnya, Alfred Fredy Anouw, S.IP mengatakan, secara logika bisa dilihat rektor dalam pernyataannya di salah satu media online mengatakan itu demo penolakan Otsus. Tapi sebenarnya yang ditolak oleh mahasiswa adalah kajian Uncen yang dibuat oleh akademisi Uncen. Itu yang mereka minta untuk dikembalikan ke Uncen, bukan demo tolak Otsus jilid II.
“Sehingga disini kami menilai bahwa rektor tidak tahu persis persoalan. Ini bisa dilihat dari sisi klarifikasinya, bahwa rektor tidak tahu persoalan. Sehingga kami disini sebagai lembaga DPR yang punya hak atau yang punya tugas untuk mengawasi Pendidikan, minta supaya rektor segera kumpulkan seluruh mahasiswa dan dosen untuk bersatu kembali,”tukasnya.
Sebab kata Alfred, pihaknya melihat antara rektor, dosen dan mahsiswa ini komunikasi tidak berjalan baik. Sehingga kami menyarankan, agar rektor selesaikan persoalan di dalam kampusnya.
Legislator Papua ini juga meminta rektor tidak keluarkan pernyataan seakan pihak DPR Papua tidak paham situasi di lapangan dan seakan tidak tahu apa apa.
“Kami ini turun ke lapangan dan bicara langsung dengan para demonstran. Kami bicara atas nama lembaga DPRP. Kami bukan menyebarkan berita bohong. Jadi kami minta rektor segera selesaikan persoalan internalnya, jangan menjustis kami lembaga DPR,” tandas Alfred Anouw.
Selain itu, legislator Pqpua ini juga mengkritik mengenai pernyataan Kapolda mengenai aparat keamanan yang membubarkan mahasiswa karena membawa dopis.
Dijelaskan, yang demo saat itu mayoritas merupakan mahasiswa anak gunung yang tidak tahu buat dopis, bukan anak pesisir.
Menurutnya, kalau memang ada dopis hari itu, lalu kenapa saat pihaknya di lapangan itu tidak ditunjukkan.
“Jadi jangan menggiring hal hal ini ke masalah tidak benar. Artinya saat demo itu kami DPRP turun kenapa tidak tunjukkan bukti-bukti. Kepolisian jangan seenaknya bicara di luar dan membungkam demokrasi yang ada,” tekannya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPR Papua Mega F. Nikijuluw, SH menambahkan, sebagai seorang rektor atau orang tua yang mengayomi mestinya rektor Uncen benar-benar menjadi bapak yang baik.
“Harus menjadi tameng, perisai untuk anak-anaknya supaya ada perlindungan. Jadi selama ini memang terlihat ada gap antara rektor dan mahasiswa. Mungkin itu bisa dihilangkan supaya kedepannya peristiwa ini bisa menjadi pembelajaran buat kita semua, supaya saling intropeksi diri, antara mahasiswa dan rektor. Sehingga kedepannya tidal terjadi hal seperti ini lagi,” pungkasnya.