Yahukimo — Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli menanggapi isu yang beredar terkait status guru dan tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di Anggruk. Yahuli menegaskan bahwa mereka bukan tenaga baru. Mereka telah direkrut sejak 2021 melalui proses terbuka.
“Kami selalu menyampaikan di berbagai forum bahwa persyaratan rekrutmen adalah wajib beragama Kristen, percaya pada Yesus sebagai Tuhan, telah dibaptis, dan bersedia menjadi guru misionaris. Proses verifikasi berlangsung selama 30 hari di Jayapura, memastikan latar belakang pendidikan S1 atau S2 di bidang pendidikan atau disiplin lain yang ingin mengajar,” jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (24/3/2025).
Terkait tudingan bahwa guru dan nakes tersebut berasal dari TNI/Polri, Bupati Yahuli dengan tegas membantah.
“Itu 100 persen tidak benar. Proses rekrutmen kami terbuka dan diketahui publik. Setelah rekrutmen, para pendeta mendoakan dan mereka menandatangani perjanjian kerja sama. Jika ada yang mengatakan mereka anggota TNI/Polri dan memiliki bukti, silakan tunjukkan kepada saya. Kalau benar, saya siap mundur dari jabatan Bupati,” tegasnya.
Dia menekankan bahwa pemerintah memiliki etika dan moral dalam memimpin serta tidak akan menyelundupkan hal-hal seperti yang dituduhkan.
“Rekrutmen ini terjadi sejak 2021. Kami ingin memastikan regenerasi guru yang siap menghadapi tantangan global. Kami tidak ingin masa depan daerah ini suram karena keterbatasan kemampuan membaca dan menulis. Ini adalah upaya kami mempersiapkan generasi yang lebih baik,” pungkasnya.
Sementara itu, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Rudi Puruwito turut membantah isu tersebut. Pangdam menegaskan bahwa para korban bukan TNI, masyarakat bahkan sudah mengetahui bahwa mereka adalah guru dan nakes. Nakes. Oleh karenanya, tuduhan OPM merupakan akal-akalan untuk mencari alasan membunuh masyarakat.
“Itu kedok gerombolan OPM. Tidak masuk logika dengan alasan berjuang namun OAP juga dibunuh,” pungkas Pangdam.