Jayapura – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua berharap adanya langkah mitigasi untuk mencegah kenaikan harga komoditas pertanian dan bahan pokok lainnya menjelang bulan Ramadhan. Langkah ini diperlukan guna menghindari kelangkaan barang yang dapat berdampak pada inflasi.
Kepala BI Papua, Faturachman, mengatakan bahwa lonjakan harga biasanya terjadi saat memasuki bulan puasa dan menjelang Lebaran.
Oleh karena itu, peran pemerintah dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sangat penting dalam mengendalikan kenaikan harga agar tidak terlalu tinggi. “Ekonomi Papua berisiko melemah akibat tantangan struktural dan fluktuasi harga yang dapat memicu inflasi serta menekan daya beli masyarakat. Namun, dengan kerja sama yang baik, kita dapat menjaga stabilitas harga,” ujarnya.
Faturachman mengungkapkan bahwa sejak 2018 terdapat 10 komoditas yang sering menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Papua setiap bulannya. Komoditas tersebut antara lain ikan ekor kuning, cabai rawit, tomat, angkutan udara, daging ayam ras, ikan cakalang, bawang merah, kangkung, beras, dan cabai merah.
Sebagai upaya pengendalian inflasi, BI Papua menerapkan strategi 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. “Berdasarkan rekomendasi pengendalian inflasi dalam kerangka 4K, mitigasi harus dilakukan guna memperkuat stabilitas harga selama bulan puasa dan menjelang Lebaran,” tambahnya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa inflasi di Papua saat ini masih dalam rentang sasaran nasional, yakni 2,5 persen ± 1 persen, yang masih masuk dalam kategori aman.
Dengan adanya koordinasi antara pemerintah daerah, TPID, dan pihak terkait lainnya, diharapkan harga komoditas di Papua tetap terkendali sehingga tidak membebani masyarakat selama Ramadhan dan Lebaran.