MERAUKE,ARAFURA,-Berbagai tanggapan positif diberikan kepada sosok Danrem 174/ATW, Brigjen TNI Bangun Nawoko pada saat menggelar coffee morning dengan insan pers di Halogen Hotel kemarin. Namun tidak hanya sambutan positif, para media juga memberikan masukan dan saran kepada sosok jenderal yang memang belum lama bertugas di Kabupaten Merauke itu. Tentunya saran-saran yang diberikan diterima dengan sangat baik oleh Danrem sebagai sarana untuk perbaikan dan pembenahan yang lebih baik lagi ke depan. Khususnya terkait dengan hubungan baik yang selama sudah terjalin dengan para media, baik cetak, elektronik maupun online.
Seperti yang disampaikan oleh salah satu anggota PWI Merauke sekaligus Pemimpin Umum Koran Harian Arafura News, Felix Hursepuny, S.Sos bahwa dalam melaksanakan tugas peliputan, wartawan tetap berpedoman pada Undang-Undang Pers dan kode etik yang menjadi pondasi dimana media itu bergerak. Dewan Pers selalu menyikapi jika terdapat produksi jurnalistik yang dinilai menyimpang atau ada kekeliruan. Namun terkadang saat melakukan peliputan, media yang memang sudah diakui resmi oleh Dewan Pers masih saja menghadapi kendala karena belum semua institusi memahami. Akibatnya akses yang seharusnya diberikan menjadi terhambat. Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua PWI selama dua periode ini mencontohkan saat peliputan kunjungan Presiden Jokowi ke Merauke dimana media masih diberikan kesempatan untuk masuk ke area vital mengambil gambar dan selanjutnya kembali ditempatkan pada area khusus yang sudah disiapkan dengan batasan tertentu.
Menurutnya, dengan memberikan akses tersebut maka sudah menjadi salah satu bentuk solusi. “Sebuah media akan dinilai hidup bila ada kroscek, oleh sebab itu kami mohon agar media bisa diberikan ruang agar dapat melakukan konfirmasi langsung kepada pihak bapak sehingga pemberitaan yang disampaikan kepada publik dapat dipertanggung jawabkan,”jelas Felix. Menurutnya, faktor yang paling penting adalah komunikasi dan kerja sama yang baik sehingga produk jurnalistik yang disampaikan dapat diterima secara luas dan tidak terkesan sebagai media abal-abal. Sementara itu Muh.Ridwan dari media SCTV mengharapkan agar dalam peliputan kegiatan TNI AD diharapkan bisa mendapatkan akses untuk mengambil gambar yang strategis sehingga hasil yang diperoleh juga lebih maksimal.
Pasalnya, wartawan kerap dibatasi ruang geraknya saat meliput sebuah kegiatan resmi dan ditempatkan pada area khusus. Ia mencontohkan ketika peliputan upacara dimana gambar yang dihasilkan menjadi kurang bagus karena wartawan terlalu jauh dari objek yang hendak disyut atau difoto. Oleh sebab itu ia berharap agar ke depan wartawan bisa ditempatkan pada area yang tidak terlalu jauh dengan objek gambar sehingga bisa lebih optimal melakukan peliputan. Apalagi setiap kali diselenggarakan kegiatan-kegiatan penting, dari pihak Korem rutin menghubungi wartawan untuk dapat meliput sehingga hal ini dinilai penting untuk diperhatikan.
Sementara itu saat diwawancara media, Danrem mengemukakan bahwa awak media sangat diharapkan kerja samanya untuk memberitakan kegiatan dan berbagai hal penting lainnya yang dilakukan oleh Korem di daerah ini, khususnya terkait dengan tupoksi Korem 174/ATW. “Terus beritakan hal-hal yang memang sudah menjadi kewajiban awak media dan jika ada berita yang perlu dikonfirmasikan maka silahkan saja. Jika ada tindakan yang kurang berkenan dari para prajurit di lapangan mungkin itu karena ketidaktahuan mereka. Oleh sebab itu kami juga akan berupaya untuk belajar tentang kode etik jurnalistik khususnya bagi SDM yang ada di bagian penerangan kami sehingga bisa lebih memahami,”pungkasnya.