Jayapura – Meski tertekan pandemi Covid-19, Bursa Efek Indonesia (BEI) Provinsi Papua dan Papua Barat mencatatkan kinerja tumbuh positif sejak Januari hingga Juli 2021.
Pertumbuhan investor di kedua provinsi tersebut tercatat 35.197 investor. Dibandingkan tahun 2020, terjadi penambahan 11.011 investor baru dengan rata – rata per bulan 1.835 investor baru.
Kepala BEI Perwakilan Papua dan Papua Barat, Kresna Aditya Payokwa mengatakan, dari 35.197 investor, 19.042 investor di produk investasi saham.
“Kalau kita lihat dari awal tahun 2021, terjadi penambahan 5.115 investor yang bergabung di BEI. Setiap bulan terjadi penambahan 853 investor saham baru,” jelas Kresna dalam kegiatan Media Gathering virtual, Rabu (8/9/2021).
Kresna menyebut, dibandingkan tahun 2020, perkembangan Pasar Modal Indonesia atau BEI di Papua dan Papua Barat cukup signifikan. Rata – rata perbulan terjadi pertumbuhan sekitar 250 persen.
“Sementara, secara total pertumbuhan investor sahan sampai bulan Juli naik 125 persen dibandingkan tahun lalu,” kata Kresna.
Dalam lima tahun terakhir (2017-2021), perkembangan signifikan terjadi pada investor saham. Terjadi penambaan 14.661 investor saham baru atau mencapai 434 persen. Per tahun, kata Kresna, terjadi penambahan 3.655 investor saham baru.
Kresna mengatakan, pada awal tahun 2021, transaksi di BEI Papua dan Papua Barat mencapai Rp1,49 triliun, namun mengalami penurunan cukup signifikan pada bulan Mei lalu akibat terganggunya jaringan telekomunikasi internet selama sebulan.
“Bulan Mei berada di level terendah, transaksi investor hanya mencapai Rp428 miliar akibat putusnya jaringan internet di wilayah Jayapura dan sekitarnya. Jika diakumulasi, total transaksi mencapai Rp5,6 triliun sejak Januari hingga Juli 2021,” kata Kresna.
“Dibandingkan tahun 2020, terjadi peningkatan signifikan mencapai 258 persen, dengan nilai transaksi per bulan meningkat 250 persen,” sambungnya.
Dari 35.197 investor di Papua dan Papua Barat, untuk wilayah Papua, terbanyak di Kota Jayapura mencapai 36 persen, Kabupaten Jayapura 15 persen, Kabupaten Mimika 16 persen, Kabupaten Merauke 13 persen.
“Sisanya tersebar di kabupaten Nabire, Boven Digoel, Biak Numfor, Jayawijaya dan Kepulauan Yapen,” jelas Kresna.
Sementara, di Papua Barat, investor terbanyak tercatat di Kota Sorong mencapai 50 persen, Kabupaten Manokwari 33 persen, sisanya tersebar di Kabupaten Teluk Bintuni, Fak Fak, Raja Ampat, Kaimana, Sorong Selatan, Kaimana, dan Teluk Wondama.
BEI juga mencatat jumlah investor sejak Januari hingga Juli 2021 di Papua dan Papua Barat sebanyak 35.197 investor. Dari jumlah tersebut, 34 persen dikuasai oleh generasi muda.
Kresna mengatakan, melek investasi, generasi muda secara perlahan menguasai Pasar Modal.
“Usia 26-30 tahun medominasi Pasar Modal di Papua dan Papua Barat. Jika tahun sebelumnya hanya 20 persen, tahun ini sejak Januari tercatat 34 persen investor dari kalangan anak muda,” kata Kresna.
Dia menyebut, terjadi perubahan tren pada investor usia 40 tahun ke atas yang jumlahnya mulai berkurang. Investor usia tersebut hanya mencapai 28 persen.
Investor di Pasar Modal, kata Kresna, berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa mencapai 36 persen, karyawan swasta 28 persen dan 12 persen bekerja sebagao pegawai negeri sipil, dan pengusaha 9 persen.
Untuk terus mendorong pertumbuhan investor, BEI mendirikan Galeri Investasi (GI) di 15 perguruan tinggi di Papua dan Papua Barat. Tahun ini, BEI akan bekerjasama dengan dua perguruan tinggi untuk mendirikan Galeri Investasi.
“Saat ini kita juga menjajaki kerjasama dengan beberapa sekolah menengah atas untuk mendirikan galeri investasi edukasi,” jelasnya.(Zul)