Jayapura – Meskipun pandemi Covid-19 masih mendera Tanah Air sepanjang tahun 2021, PT Bank Pembangunan Daerah Papua (Bank Papua) berhasil menorehkan kinerja yang fantastis.
Berdasarkan Laporan Keuangan Unaudited Bank Papua Tahun 2021 yang diterima redaksi, Senin (17/1/2022), bank BUMD milik Pemerintah Provinsi/Kabupaten dan Kota di Tanah Papua ini meraih laba bersih Rp371 miliar.
Melesat naik 7,61 persen dibandingkan periode sama tahun 2020 yang sebesar Rp 345 miliar. Laba kotor Bank Papua juga naik 4,09 persen dari Rp 457 miliar pada 2020 menjadi Rp 476 miliar pada 2021.
Perolehan laba bersih Bank Papua tahun 2021 mencatat rekor tertinggi dalam enam tahun terakhir atau sejak 2016. Pada 2016, bank BUMD ini sempat merugi Rp237 miliar, kemudian dengan adanya Penggantian Direksi yang dilakukan melalui RUPS-LB pada tanggal 06 Maret 2017 maka selanjutnya dapat memberikan kontribusi Laba Rp 113 miliar pada tahun 2017.
Direktur Utama Bank Papua, F.Zendrato mengatakan, laba Bank Papua terus menanjak pada tahun berikutnya menjadi Rp219 miliar (2018), Rp250 miliar (2019), dan Rp345 miliar (2020) dan Rp371 miliar (2021-UnAudited).
“Dari sisi aset, Bank Papua pada 2021 juga tercatat ada kenaikan 1,36 persen menjadi Rp 26,23 Triliun,” ucapnya.
“Total kredit Bank Papua pada 2021 mencapai Rp17,59 triliun. Sedangkan total dana pihak ketiga (DPK) tahun lalu mencapai Rp20,98 triliun, naik 2,83 persen ketimbang tahun 2020 yang besar Rp20,4 triliun,” sambung Zendrato.
Dilihat dari sisi pro¬tability dan e¬siensi bank juga masih cukup baik. ROA Bank Papua tahun 2021 tercatat 1,87 persen, ROE 14,45 persen, NIM 6,22 persen dan BOPO 83,45 persen.
Sedangkan Rasio Kredit bermasalah (NPL) masih dibawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh regulator, NPL gross tahun 2021 tercatat 3,41 persen atau turun 18,27 persen.
“Untuk NPL Nett juga berkurang 22,81 persen menjadi hanya 1,07 persen,” jelasnya.
Akhir tahun 2021, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pe¬ndo) juga menetapkan peringkat “idA-“ kepada Bank Papua. Itu artinya prospek untuk peringkat perusahaan adalah “stabil”.
Obligor dengan peringkat idA- memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta Bank Papua menurunkan level kredit bermasalah atau NPL di bawah 4 persen sampai akhir tahun 2021.
“Tahun ini kita minta NPL gross berada di bawah 4 persen sesuai rencana bisnis bank. Tapi kalau NPL net Bank Papua masih dibawah 1 persen. Manajemen Bank Papua berjanji akan berupaya menurunkan NPL gross,” ujar Adolf FT Simanjuntak selaku Kepala OJK Papua dan Papua Barat, di Kota Jayapura, Rabu (22/12/2021).
Meski NPL gross Bank Papua berada di level 4,3 persen hingga triwulan III tahun 2021, namun OJK menilai pengelolaan Bank Papua sangat baik, tren semakin meningkat. Pihaknya pun meminta masyarakat tak khawatir terhadap kinerja bank milik daerah tersebut.
“Kami terus mengawasi secara periodik. Kalau ada hal-hal mengenai fraud atau kecurangan, pasti kita panggil untuk menjelaskan mengapa hal itu terjadi serta langkah – langkah apa yang diambil manajemen agar fraud tidak terjadi di tempat lain,” kata Adolf.
Adolf menyebut, tahun 2020, NPL Bank Papua berada di bawah 5 persen, kemudian laba sebesar Rp300 miliar. Sampai akhir tahun ini, OJK mengharapkan laba Bank Papua semakin besar lantaran para pemegang saham juga mengharapkan dividen.
“Hingga triwulan III tahun 2021, laba Bank Papua sudah mencapai Rp300 miliar. Kami perkirakan masih bertambah sampai akhir tahun ini. Sementara, tahun 2020, laba Bank Papua mencapai Rp300 miliar,” ucapnya.
Sementara itu, dari sisi aset dilihat dari neraca publikasi terjadi peningkatan sebelumnya Rp25 triliun menjadi Rp35 triliun.
“Jika aset meningkat berarti dana pihak ketiga atau DPK juga meningkat. Ini menandakan bahwa masyarakat percaya,” kata Adolf.
Selain aset dan DPK meningkat, perkreditan bank milik daerah tersebut juga mengalami hal yang sama. Hingga triwulan III tahun 2021, kata Adolf, penyaluran kredit Bank Papua telah mencapai lebih dari Rp17 triliun.
“Ini menandakan bahwa fungsi intermediasi Bank Papua berjalan dengan baik, dana yang diserap dari masyarakat dan pemerintah daerah, kembali disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit,” kata Adolf.
Indikator lainnya yang menunjukkan kinerja Bank Papua baik, kata Adolf, adalah kredit bermasalah yang dapat dimanage oleh manajemen. (Zul)