Jayapura – Pertumbuhan ekonomi global terus berlangsung meskipun menghadapi perlambatan yang disebabkan oleh penyebaran varian Delta Covid-19. Progres vaksinasi yang tidak merata menyebabkan perbedaan percepatan pemulihan antara negara berkembang dengan negara maju.
Akselerasi vaksinasi secara global yang terus berlangsung diharapkan dapat mengurangi dampak negatif penyebaran varian baru Covid-19.
Sementara itu di Indonesia, kombinasi antara percepatan program vaksinasi serta pembatasan kegiatan masyarakat mulai membuahkan hasil. Pertambahan kasus aktif yang pernah mencapai 50.000 pada puncaknya di Juli 2021, telah berhasil dikendalikan hingga penambahan kasus aktif baru pada seminggu terakhir yang berada dibawah angka 1000.
Perekonomian Indonesia pada Triwulan II 2021 tumbuh sebesar 7,07% (yoy), setelah pada 4 triwulan terakhir mencatatkan kontraksi. Pemulihan diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga tahun 2022.
Provinsi Papua mencatatkan pertumbuhan positif pada triwulan II walaupun melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya akibat adanya penurunan kadar tembaga pada tambang bawah tanah. Penerapan PPKM yang diperketat sepanjang Juli hingga Agustus secara nasional dan tidak terkecuali Papua, memberikan tekanan terhadap pemulihan sektor non-tambang sepanjang triwulan III.
Namun demikian, pelaksanaan PON XX yang telah berjalan dengan sukses, mampu menaham perlambatan ekonomi non-tambang lebih dalam lagi.
Selain itu, penanganan Covid-19 di Provinsi Papua juga tergolong semakin baik. Hal tersebut, tercermin dari menurunnya kasus harian COVID-19, percepatan vaksinasi yang terus meningkat, serta sosialisasi kepada masyarakat yang berkelanjutan.
Adapun, total penerima vaksi dosis pertama mencapai 619 ribu jiwa atau 24,01% dari target Provinsi Papua. Hal tersebut juga didukung dengan membaiknya status PPKM di wilayah Provinsi Papua yang sebelumnya sempat mengalami level 4 di beberapa wilayah. Saat ini, status PPKM di wilayah provinsi Papua seluruhnya berada di PPKM level 2 (13 kabupaten/kota) dan level 3 (16 Kabupaten).
PON XX 2021 yang telah sukses dilaksanakan mampu menjadi awal pemulihan perekonomian Papua. Pelaksanaan PON XX diprakirakan membawa peningkatan PDRB sebesar Rp 950 M – 1,5 T atau 0,7 – 1,10 % (terhadap dasar ADHK 2020). Sektor yang mengalami peningkatan terbesar adalah sektor konstruksi dengan peningkatan Rp 778 – 926 M atau 4,2% – 5,0%.
Dampak PON langsung dirasakan oleh pelaku usaha dan masyarakat umum. Dampak langsung dirasakan oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang tercermin pada peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen ke level 142, meningkat dari 124 pada triwulan II 2021.
Selanjutnya, UMKM yang turut berpartisipasi dalam PON XX diprakirakan turut mengalami peningkatan omset hingga 60%. Sektor perdagangan diprakirakan mengalami peningkatan sebesar Rp52 – 105M. Sektor transportasi dan pergudangan diprakirakan mengalami peningkatan sebesar Rp 71 – 110 M atau 1,94% (yoy) pada tahun 2021 yang didorong oleh peningkatan kuantitas maupun harga tiket pesawat.
Pelaksanaan PON XX turut memberikan dampak terhadap peningkatan kebutuhan uang di masyarakat. Sepanjang triwulan III 2021, tingkat kebutuhan uang tunai mengalami peningkatan yang tercermin dari Outflow KPwBI Papua. Peningkatan outflow ini terjadi hingga Rp679 M atau tumbuh 34% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.
Bank Indonesia terus mendorong digitalisasi sistem pembayaran dalam PON XX melalui peningkatan transaksi non-tunai antara lain QRIS, ATM, debet serta kredit. Peningkatan penggunaan QRIS di Papua tercermin dari peningkatan merchant QRIS dan juga nominal transaksi QRIS.
Hingga saat ini, merchant QRIS di Papua telah mencapai 78.886 usaha yang tersebar di seluruh Papua. Selanjutnya, nilai Transaksi ATM dan debet Papua secara kumulatif periode Januari hingga Juli 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 6,47%(yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020. Transaksi menggunakan kartu kredit di Papua pada periode Januari-Juli 2021 tercatat tumbuh 4,47% (yoy).
Pemulihan perekonomian Papua tidak terlepas dari perkembangan inflasi Papua. Inflasi tahunan Papua mencapai level terendahnya sepanjang 3 tahun terakhir pada bulan September 2021 yakni sebesar -0,40%(yoy) . Deflasi tahunan utamanya disebabkan kelompok makanan minuman dan tembakau yang dipengaruhi oleh peningkatan pasokan harga cabai rawit, ikan ekor kuning dan tomat.
Langkah strategis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Papua dan sinergi bersama PB PON mampu menahan inflasi sepanjang pelaksanaan PON XX. Hingga akhir Oktober 2021, provinsi Papua diprakirakan mengalami inflasi tahunan, dengan rentang yang masih berada dalam target inflasi Nasional.
PON XX 2021 sukses dilaksanakan oleh Provinsi Papua. Hal tersebut, memberikan dampak signifikan dan menjadi pendorong pemulihan ekonomi sektor nontambang di Papua. Dengan didukung oleh penanganan Covid-19 yang semakin baik, akan menjadi kunci pemulihan ekonomi Papua lebih lanjut.
Untuk itu, upaya peningkatan vaksinasi, sosialisasi yang berkelanjutan, peningkatan kesadaran masyarakat, serta penanganan kasus Covid-19 yang baik, perlu dijaga keberlangsungannya dengan didukung penerapan protokol 6M (Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Mengurangi mobilitas, Menjaga pola makan sehat). (Zulkifli/Tiara)