Tolikara – Tak ingin menyia nyiakan kesempatan untuk bertemu langsung dengan masyarakat di tanah kelahirannya, Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Tolikara, Yan Wenda, S.Sos kembali menggelar kampanye akbar, yang kali ini dipusatkan di Distrik Nabunage, dapil IV, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan, pada Rabu 31 Januari 2024.
Kampanye akbar kedua ini pun dihadiri oleh ribuan massa pendukung dari berbagai kampung yang ada di Kota Karubaga, Kabupaten Tolikara.
Menurut Yan Wenda, sebagai anak daerah yang lahir dan besar di kampung itu, sudah seharunya kembali untuk membangun tanah kelahirannya sesuai filosifi yang tertanam sejak dahulu atau bahasa ibu yaitu ARIGIABUA.
“ARIGIABUA ini merupakan seorang anak, seperti saya yang di lahirkan dan dibesarkan di kampung itu, lalu orang tua sekolahkan saya diluar, jauh dari kampung, dengan harapan saya berhasil dan bisa kembali ke kampung halaman untuk membangun dan membawa perubahan. Sehingga masyarakat dapat hidup sejahtera dan nyaman, meski mata pencaharian masyarakat di kampung rata rata hanya berkebun, tapi dengan kembalinya saya di kampung, mereka senang dan bangga sebab perjuangan saya meninggalkan kampung halaman untuk menimba ilmu tidak sia sia. Semua yang saya lakukan ini semata mata hanya untuk masyarakat. Saya tidak mau lagi ada rakyat saya menderita dan menangis lagi karena tidak punya uang untuk menghidupi keluarganya. Jadi apa yang saya dapatkan sekarang ini, rakyat pun harus bisa merasakannya, sehingga rakyat dapat hidup nyaman dan tentram tanpa kekurangan lagi,
” kata Yan Wenda, kepada Pasific Pos, yang saat ini masih aktif menjabat sebagai anggota dewan di DPR Tolikara, Kamis 1 Februari 2024.
Yan Wenda akui, kehadiran ribuan massa pendukungnya saat kampanye di Dapil IV, Distrik Nabunage itu sangat luar biasa. Mereka begitu antusia datang dengan suka cita dan senang ketika mendengar dirinya akan menggelar kampanye di kampung tersebut.
“Itu baru satu distrik, tapi sudah terkimpul ribuan orang bahkan di lapangan itu kita lihat seperti lautan manusia, saking banyaknya yang datang hanya ingin memberikan dukungan kepada saya. Bahkan saya disebut sebagai anak muda yang lahir besar di kampung yang punya visi misi besar untuk membangun dan akan membawa perubahan di daerah. Karena budaya dan filosofi adat orang tua kita adalah anak laki laki yang dilahirkan dan dibesarkan diajarkan untuk berkebun dan menanam. Sehingga ketika selesai sekolah dan berhasil, dapat kembali untuk membangun daerahnya dan rakyat pun dapat memetik hasilnya,” jelasnya.
“Jadi berkebunnya saya bukan di kampung halaman, tapi saya berkebunnya untuk membuat visis misi besar agar dapat menjadi pemimpin untuk membangun dan membawa perubahan di daerah. Untuk itu, saya harus jadi pemimpin agar dapat membangun daerah,” sambungnya.
Oleh karena itu lanjut Yan Wenda, jika seseorang mau jadi pemimpin di daerahnya, maka dia harus tahu menanam dan tahu panen. Sehingga waktu untuk menanam, dia harus menanam, waktu panen dia juga harus tau. Supaya hasilnya itu harus bisa dinikmati oleh masyatakat di kampung yang ada di sekitar distrik, lebih khusus yang ada di wilayah Tolikara ini.
“Itu satu filosofi adat dari orang tua yang saya tanamkan dalam hati dan pertaruhkan dan harus selalu diingat dengan baik. Tapi sebagai anak daerah punya visi misi besar dan punya niat serta keinginan besar untuk melakukan perubahan di daerah. Yang pertama adalah menyangkut kesejahteraan pegawai, karena pegawai juga merupakan garda terdepan dari keberhasilan jalannya roda pemerintahan di daerah. Untuk itu setiap pegawai harus memiliki rumah dinas, sebab sampai hari ini pegawai di Tolikara belum memiliki rumah dinas yang diberikan oleh pemerintah. Jadi pegawai juga harus dibangunkan rumah dinas yang layak dihuni, supaya ketika melayani masyarakat mereka selalu semangat untuk jalankan tugasnya, karena merasa hidup mereka terjamin dan merasa pemerintah perhatikan kebutuhan mereka,”tandas Yan Wenda.
Selain itu kata Yan Wenda, juga menyangkut pendidikan dan kesehatan. Yang menurutnya selama ini belum berjalan dengan maksimal.
“Pendidikan ini harus diutamakan, karena pendidikan ini merupakan tolak ukur dari keberhasilan satu daerah. Apabila Tuhan mengijinkan saya untuk jadi pemimpin, maka saya harus perhatikan masalah pendidikan. Mulai dari TK sampai di perguruan tinggi. Apalagi dana pendidikan itu 30 persen dari dana Otsus. Dimana dana Otsus yang langsung di tranafer dari pusat sebanyak Rp. 200 milliar. Yang kemudian dialokasian untuk pendidikan juga kesehatan. Jadi kalau hal ini diperhatikan termasuk penataan kota, air bersih, infrastruktur jalan dibangun dengan baik, maka semua masyarakat atau semua orang pasti akan senang dan betah tinggal di Tolikara. Apalagi infrastruktur jalan dan penyediaan air bersih telah tersedia, termasuk pemasok listrik dipastikan aman. Jadi ketika Tuhan mengijinkan saya untuk jadi pemimpin, program itu akan saya lanjutkan. Karena salah satu kekurangan di daerah adalah penyediaan air bersih. Untuk itu, kita akan mengupayakan air bersih harus selalu ada. Karena air bersih merupakan salah satu kebutuhan maayarakat, ” tandas Yan Wenda, salah satu putra terbaik Tolikara.
Yan Wenda menambahkan, pihaknya juga akan membuka lapangan kerja bagi pemuda yang belum memiliki pekerjaan tetap, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Tolikara.
“Terkait soal itu, harus di pikirkan secara serius, supaya kita dapat memberikan kesempatan kerja di ruang ruang yang telah disediakan. Supaya adik adik kita ini jangan sampai ikut berpolitik terus. Yang dampaknya nanti akan menimbulkan ketidak nyamanan antara keluarga yang satunya dengan keluarga lainnya sehingga terjadi permusuhan. Ini realita, untuk itu saya akan mengintakan dan menyarankan kepada semua pemuda di Tolikara, lebih baik fokus untuk menjadi PNS saja dari pada ikut dalam berpolitik. Jadi ini juga salah satu program saya kelak untuk menekan tingkat pengangguran di Tolikara,’ tekannya. (Tiara).