Nabire – Kegiatan doa bersama digelar oleh para Eks Pejuang Organisasi Papua Merdeka (OPM) di makam Panglima Besar OPM asal Nabire, alm. Yulian Yaap Marey di Kampung Nusantara Kimi, Distrik Teluk Kimi, kabupaten Nabire, Papua Tengah pada Kamis (30/11/2023).
Acara doa bersama ini dihadiri oleh keluarga Almarhum, tokoh agama setempat, tokoh adat setempat dan beberapa tokoh eks pejuang OPM yang telah kembali pada pangkuan Ibu Pertiwi.
Doa bersama dan ibadah ini dipimpin oleh pendeta Maniawasi. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa mengutuk keras perjuangan OPM saat ini karena tidak selaras dengan perjuangan almarhum Yaap Maray zaman dahulu.
“Perjuangan OPM zaman dulu tidak pernah mendengar adanya guru, tenaga kesehatan dan pekerja yang dibunuh. Namun, apa yang kita lihat saat ini jauh dari perjuangan bapak Yaap Maray bahwa OPM berani menyakiti Pastor dan Pendeta, maka kami mengutuk keras aksi mereka”, lanjut Maniawasi.
Para tokoh eks OPM dalam pernyataan sikapnya juga menolak dengan tegas aksi-aksi yang dilakukan OPM saat ini karena selalu membunuh guru-guru, petugas kesehatan dan pelayan Tuhan. Hal ini adalah hal yang tidak manusiawi dan sangat bertentangan dengan Hak Asasi Manusia.
Para eks OPM era 1975 ini menilai, perjuangan TPNPB OPM saat ini tidak lagi selaras dengan perjuangan OPM zaman dulu dan bukan perjuangan yang tulus untuk rakyat Papua, melainkan hanya untuk kepentingan kelompok atau pribadi semata.
Karena itu, para tokoh eks OPM dalam kesempatan doa bersama ini meminta saudara-saudara mereka yang masih tergabung dalam TPNPB OPM bisa membuka diri untuk turun dan bergabung kembali dalam NKRI.
“Kami mengajak seluruh rakyat bangsa Papua untuk mari kita sama-sama membina persatuan dan kesatuan hati, jiwa dan roh dalam mengolah dan membangun tanah ini bersama bangsa Indonesia dalam bingkai sang saka merah putih dan Pancasila serta dasar negara. Untuk membangun Papua menjadi sebuah daerah yang memancarkan kasih, persaudaraan, kedamaian serta kebahagiaan. Ibarat surga kecil yang ada di Bumi Papua,” demikian pernyataan sikap yang dibacakan Hanock Marei, salah seorang eks pejuang Organisasi Papua Merdeka (OPM).