Jayapura : Anggota DPR Papua, dalam hal ini Komisi I DPR Papua bidang Pemerintahan, Politik, Hukum dan HAM, Yakoba Lokbere menyesalkan atas terjadinya penangkapan dan pembunuhan terhadap dua warga sipil pasangan suami istri (Pasutri) atas nama Wisirul Gwijangge (suami) dan Madena Kurungga (istri) yang dalam keadaan sedang hamil 7 bulan.
Terkait situasi yang memprehatinkan itu, Yakoba Lokbere yang juga sebagai Wakil Ketua Kelompok Khusus (Poksus) DPR Papua, mengingatkan dan meminta hentikan penangkapan dan pembunuhan terhadap Warga Sipil di Nduga.
Pasalnya, tindakan yang dinilai tidak manusiawi ini diduga dilakukan oleh oknum aparat TNI itu sendiri pada bulan Maret di Distrik Mam, Kampung Dengenpem/Asa, Kabupaten Nduga.
Legislator Papua yang juga sebagai anak daerah asal Nduga, Yakoba Lokbere mengaku sangat prehatin atas kejadian tersebut sehingga dengan geram mengutuk keras para pelakunya.
“Mulai saat ini, hentikan penangkapan dan pembunuhan terhadap warga sipil di Nduga. Kedua warga sipil itu juga asal Nduga dan mereka dua adalah pasangan suami istri. Sementara istrinya sedang hamil 7 bulan. Jadi, tindakan oknum TNI ini sangat tidak baik dan tidak terpuji sebagai abdi negara,” tekannya.
Padahal tandas Yakoba Lokbera, mereka itu adalah Prajurit sejati yang merupakan pengayom masyarakat dan pelindung masyarakat, akan tetapi dari tindakan beringasnya itu mereka sama sekali tidak mencerminkan kalau mereka adalah seorang abdi negara sejati yang tulus dan punya hati.
“Faktanya mereka juga yang membunuh warga sipil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa apa. Padahal kedua korban itu mempunya anak balita satu orang, umurnya sekitar 2 tahun. Kemudian anggota TNI sendiri membawa anak tersebut ke panti asuhan, di Timika,”ketusnya.
Diakui jika informasih itu pihaknya mendapatkan data dari ibu panti panti asuhan Suzanna di SP2 saat melakukan kunjungan ke panti asuhan pada akhir bulan lalu.
“Jadi waktu itu saya ada kunjungan ke panti asuhan lalu saya bertanya kepada salah satu ibu yang merupakan pengurus panti asuhan, ini anak anak banyak sekali yang mengungsi, mereka ini dari mana saja. Lalu ibu panti jawab ini ada yang dari Intan Jaya dan juga kabupaten lainnya. Terus saya tanyak lagi, apa ada pengungsi dari Nduga, kemudian ibu panti langsung jawab kalau orang Nduga ada satu tapi anak balita umur 2 tahun dan baru tiga hari diantar sama TNI Pos Mugie. Nah dari situ lalu saya cari tahu di Pj Bupati Nduga dan saya telpon Ketua DPRD Nduga,” bebernya.
Dijelaskannya, kenapa ia harus ceritakan perihal kejadian itu, karena orang tua dari anak tersebut yang dibunuh oleh sejumlah oknum TNI. Sehingga ia pun langsung ambil tindakan dengan menghubungi Pj Bupati Nduga juga Ketua DPRD Nduga lewat telepon selulernya agar segera menjemput anak tersebut untuk diserahkan ke pihak keluarganya.
“Ini saya harus ceritakan karena kedua orang tua anak itu yang dibunuh oleh oknum aparat TNI. Apalagi ibunya sedang dalam keadaan hamil 7 bulan, dan berita ini kan belum terungkap karena belum ada yang muat di media. Untuk itu, sebagai anak daerah dan wakil rakyat dari Nduga saya sedih dan sakit hati sekali saat mendengar dan melihat kejadian yang memilukan iyang dialami anak balita itu. Tadi pagi dalam hati saya berkecamuk dan tidak tenang karena ingin sekali berita kejadian yang tidak berkeprimanusiaan ini dapat di muat atau di update ke sejumlah media lokal maupun media nasional. Karena selama ini terkesan ada pembiaran dan tidak ingin kejadian tersebut terungkap di media,” tegas Yakoba Lokbere. (Tiara)