Jayapura– Sebagai negara dengan ekonomi terbuka, Indonesia perlu mewaspadai gejolak ekonomi yang terjadi secara global.
‘’Kinerja ekonomi kita relative baik apabila dibandingkan dengan negara lainnya. Jadi perlu waspda namun tetap optimis,’’ kata Juli Budi Winantya selaku Kepala Bank Indonesia Perwakilan Papua dalam temu responden yang diselenggarakan di Kantor Bank Indonesia (BI) Papua, Selasa (13/12/2022).
Selain waspada dan optimis, sinergi dan inovasi, kata Juli, juga perlu dilakukan agar ekonomi Indonesia bertahan dan bangkit.
‘’Sejak pandemi Covid19, ekonomi kita belum sepenuhnya pulih. Kemudian ada perang Rusia dan Ukraina, ada juga gangguan suplai pasokan serta perang dagang Amerika dan Tiongkok,’’ jelas Budi.
Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi global melambat, dari waktu ke waktu trennya cenderung memburuk. Bahkan ada risiko terjadi resesi di Amerika dan Eropa tahun 2023.
Hal lainnya, kata Juli, inflasi global cukup tinggi. Harga barang dan jasa meningkat cukup pesat. Kemudian tren tingkat suku bunga tinggi.
‘’Apa yang terjadi di ekonomi global, akan pengaruh ke kita, termasuk inflasi. Namun, dampaknya terhadap ekonomi Indonesia tidak terlalu besar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,72 persen karena faktor kuatnya permintaan domestik, dan usia produktif lebih banyak dibandingkan anak-anak dan lansia,’’ jelasnya.
Sementara itu, untuk menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru, pelaku usaha dapat memanfaatkan kemajuan teknologi.
‘’Digitalisasi bagi pelaku usaha wajib dilakukan agar tidak tertinggal dengan pelaku usaha lainnya. Kemudian melakukan aktivitas ekonomi yang berwawasan lingkungan,’’ kata Juli.
Untuk menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru di Papua, kata Juli, empat sektor yang memberikan dampak cukup besar yaitu pertanian, perikanan, pariwisata dan ekonomi kreatif.
Keempat sektor tersebut, kata Juli, dapat menyerap tenaga kerja cukup besar dan potensinya ada di Papua.
Sebelumnya, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Papua, Dedy Irianto mengatakan bahwa sepanjang tahun 2022, tingginya pertumbuhan ekonomi Papua turut berperan dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi regional maupun nasional.
‘’Meski berperan, namun patut diwaspadai tantangan yang bersumber dari dinamika ekonomi global. Sehubungan dengan hal tersebut, dua pesan utama yang disampaikan oleh Bank Indonesia adalah inovasi dan sinergi,’’ kata Dedy dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia pada 30 November lalu.
Pertama, kata Dedy, inovasi sangat penting untuk mendukung perekonomian Papua yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif dengan mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru.
‘’Sementara, sinergi lintas stakeholder dan sektor diperlukan dalam menghadapi berbagai fenomena ke depan,’’ jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Dedy menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Papua di tahun 2023 diperkirakan berada pada kisaran 3,75 persen sampai 4,15 persen secara year on year (yoy).
‘’Inflasi pada tahun 2023 juga diprakirakan tetap rendah dan stabil pada kisaran 3 plus minus 1 persen,’’ kata Dedy.
Ia juga menyampaikan apresiasi pada seluruh pihak atas kerjasama dan kolaborasi yang telah terjalin, khususnya pada Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD), Forkopimda, instansi vertikal, organisasi perangkat daerah, perbankan, akademisi, rekan media, pemuka agama serta pelaku usaha.
‘’Ke depannya, diharapkan sinergi dan kolaborasi akan terus berlanjut untuk memperkuat perekonomian Papua demi terwujudnya Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera yang Berkeadilan,’’ ujarnya. (Sari)