Port Moresby – Perdana Menteri Papua New Ginea (PNG) James Marape menerima kunjungan dari sejumlah utusan Israel.
Pertemuan ini membahas berbagai hal dalam rangka upaya membangun kerjasama antar negera dalam kaitannya dengan pengembangan teknologi pertanian, pertahanan, keamanan, pertambangan, kelautan dan kebudayaan antara Israel dan PNG.
Samuel Tabuni selaku Founder Internasional University of Papua (IUP) menjadi salah satu tamu undangan yang turut diterima PM PNG bersama rombongan utusan Israel.
Pertemuan ini turut dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi PNG seperti Menteri Pertanian, Menteri pertambangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Perikanan dan Kelautan dan Anggota Parlemen Dapil Vanimo Green yang juga sekaligus sebagai Ketua Komisi Parlemen PNG Bidang Perbatasan dan Keamanan, Hon. Belden Namah, MP.
Usai pembahasan kerjasama antara Israel dan PNG, James Marape dan Samuel Tabuni membahas mengenai IUP yang telah memulai perkuliahan angkatan pertamanya setelah mendapatkan izin pendirian dari Kemenristekdikti Republik Indonesia Februari lalu di Jayapura.
Marape mengapresiasi Langkah yang ditempuh oleh Samuel Tabuni bersama seluruh tim yang telah berupaya keras membangun universitas bertaraf internasional pertama di Tanah Papua, yang harapannya dapat turut memfasilitasi warga negara PNG yang berada di daerah-daerah perbatasn dengan Indonesia, dalam mengakses pendidikan di Indonesia melalui IUP di Jayapura.
Respon positif dan dukungan kepada IUP dari PM PNG ini juga dianggapnya sebagai sebuah realisasi dari harapan yang ia kemukakan dalam pidatonya Ketika melakukan kunjungan kenegeraan ke Istana Kepresidenan RI Bogor 31 Maret 2022.
Berikut adalah kutipan dari Pidato PM PNG yang diambil dari laman resmi Kementerian Sekretariat Kabinet RI setkab.go.id “For so long we’ve just focused on border issues. This discussion between the President and myself has now elevated discussion outside of the border issues and more into trade, commerce, economy, public service exchanges, health services and education services exchanges.”
‘’Selama ini kami hanya fokus pada masalah perbatasan. Diskusi antara Presiden dan saya sendiri sekarang telah meningkatkan diskusi di luar masalah perbatasan dan lebih ke perdagangan, perdagangan, ekonomi, pertukaran layanan publik, layanan kesehatan, dan pertukaran layanan pendidikan’’.
PM PNG juga mengaskan bahwa warganya perlu belajar banyak dari Indonesia, oleh karena itu ia mendorong warganya juga untuk belajar bahasa Indonesia sehingga bisa menempuh pendidikan tinggi di Indonesia termasuk bekerja di Indonesia.
Pernyataan Perdana Menteri Papua New Guinea ini didukung penuh oleh Hon. Belden Namah, MP. Langkah konkrit menindaklanjuti instruksi PM PNG di atas, Hon. Belden Namah, MP dalam percakapan terpisah dengan pendiri IUP Samuel Tabuni menyatakan bahwa ia akan mengirim dan membiayai 50-100 orang anak yang diseleksi dari 3 sekolah yang berada di Vanimo, untuk melanjutkan studi S1 di IUP.
Selain itu, ia juga berencana mengirimkan dan 25-50 guru muda dari Provinsi West Sepik untuk belajar bahasa Russia di Papua Language Institute (PLI), guna persiapan studi lanjut master dan doktor melalui program beasiswa, program kerjasama Pusat Kebudayaan Rusia di Jakarta dengan PLI untuk tahun 2023 mendatang.
Selain itu, ia pun berharap dalam waktu dekat dapat dilakukan MOU antara University of Goroka (UoG) dengan International University of Papua (IUP) untuk program belajar bahasa Indonesia jarak jauh.
Samuel Tabuni, dalam pernyataannya melalui sambungan telepon menyatakan bahwa semoga dengan adanya IUP di Jayapura, masyarakat PNG yang berada di daerah dekat perbatasan dengan Indonesia dapat mengakses pendidikan tinggi di universitas yang dirikan ini.
Dengan bahasa pengantar kuliah yang adalah Bahasa Inggris tentu akan sangat menolong masyarakat PNG yang bahasa hari-harinya adalah Bahasa Pidgin dan Bahasa Inggris.
‘’Dengan telah dibukanya kembali gerbang batas antara Indonesia dan PNG, saya berharap tahun depan para calon mahasiswa asal PNG sudah dapat bergabung bersama kami di IUP,’’ ucap Samuel.
Ia berharap ke depan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Pidgin dapat menjadi bahasa hari-hari masyarakat yang ada di Pasifik, Melanesia, dan Indonesia.
Menurutnya hal ini akan memudahkan proses kerjasama di berbagai sektor dalam usaha membangun SDM di wilayahnya masing-masing menjadi masyarakat yang maju, berkembang dan modern dengan tetap terikat pada akar budayanya masing-masing yang unik.
Diketahui, pada 24 oktober lalu, perbatasan Indonesia-PNG Wutung telah secara resmi Kembali di buka. Pembukaan kembali Pos tersebut ditandai dengan pembukaan gembok pagar batas di Pos Perbatasan Wutung oleh Gubernur West Sepik Tony Wouwou, MP dan Anggota Parlemen Dapil Vanimo Green yang juga sekaligus sebagai Ketua Komisi Parlemen PNG Bidang Perbatasan dan Keamanan, Hon. Belden Namah, MP dengan disaksikan langsung oleh Dirjen Imigrasi PNG dan pejabat perbatasan kedua negara. (Red)