Jayapura – 100 nyala lilin dari mantan tokoh OPM Lamberth Pekikir bagi kedamaian Papua dalam bingkai NKRI. Persembahan kedamaian ini dinyatakan dalam malam renungan suci dalam rangka peringatan HUT RI ke 77 di kampung Workwana kabupaten Keerom, Selasa (16/08/2022)
Setelah penyalaan lilin tampak Lambert Pekikir menceritakan bagaimana dirinya bergabung dengan NKRI , yang diberinya judul “pertemuan dua sahabat”
Saya 20 tahun berjuang dihutan rimba diangkat oleh Jacop Prai sebagai Koordinator Umum Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dan sekaligus memimpin markas Victoria selama 20 tahun.
Sepanjang perjuangan saya melawan NKRI secara pribadi pandangan saya melihat bahwa selama dalam proses perjuangan ini telah banyak menelan banyak korban baik dipihak sipil, dipihak aparat TNI-Polri dan di pihak OPM sendiri. Dan ini menurut saya bukanlah sebuah perjuangan yang murni kalau kita mengorbankan banyak khalayak di kedua belah pihak.
Pada tahun 2010 saya dipanggil oleh Farid Husein utusan dari bapak Presiden RI yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, untuk meminta saya mencari solusi terbaik demi penyelesaian konflik Papua lewat sebuah proses demokrasi yang disebut dialog Papua-Jakarta. Tetapi saya berbeda pendapat dengan teman-teman pejuang lain, banyak teman-teman yang menyatakan bahwa tidak ada solusi dialog kecuali Papua lepas dari Indonesia.
Dalam pandangan perjuangan saya, bahwa tanpa dialog tidak akan pernah ada sebuah solusi untuk penyelesaian konflik Papua secara menyeluruh, sehingga secara pribadi saya bertentangan dengan seluruh teman-teman pejuang saya.
Pada tahun 2013, saya membangun komunikasi khusus dengan Badan Intelijen Negara RI untuk membangun sebuah komunikasi yang berharap akan menuju pada sebuah proses damai dengan sebuah dialog untuk penyelesaian konflik Papua. Hal itu terjawab pada tahun 2014 semenjak bapak presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menduduki jabatan, saya diundang oleh beliau untuk kita berkomunikasi lewat video call, maka saya berkomunikasi dengan bapak presiden RI SBY lewat video call dengan kesepakatan bersama bahwa saya harus berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi ini kepada pemerintah Republik Indonesia di Jakarta.
Berkaitan dengan hal itu, pada tahun 2014 saya kembali ke Ibu Kota Kab. Keerom dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan para pejabat tinggi negara Republik Indonesia di Jakarta, dan pada saat itu saya bertemu dengan anak Jenderal JO Sembiring dan beliau memfasilitasi sekaligus mengawal saya dan tim saya untuk berangkat ke Jakarta. Lalu Desember 2014 Tim Opm Markas Victoria dibawah pengawasan aparat keamanan yang didalamnya ada bapak Jenderal JO Sembiring yang hadir saat ini, berangkat menuju Jakarta.
Disana kami berbicara tentang solusi bagaimana penyelesaian konflik di Tanah Papua untuk disepakati bersama. Setelah itu saya kembali dan saya mendapatkan jaminan oleh negara dan aparat untuk tetap tinggal di Republik Indonesia, membangun indonesia bersama dan mari bersama menyelesaikan konflik di Papua sebab persoalan konflik di Papua bukanlah hal yang gampang, diperlukan proses yang panjang karena keunikan dari bangsa Papua sangat sulit untuk dipersatukan.
Keputusan saya hari ini, saya telah berada ditengah-tengah masyarakat dan saya ingin bersama dengan masyarakat membangun Keerom, membangun manusia Papua secara utuh dibawah bingkai NKRI dan menghindari segala hal-hal yang menentang negara ini dan merugikan rakyat.
Saat ini saya juga bekerjasama dengan pihak gereja dengan lembaga-lembaga Ham untuk menciptakan perdamaian untuk menuju Keerom yang damai. Maka dengan semangat Keerom damai dan dengan semangat HUT Ke-77 Republik Indonesia, saya mengajak kepada seluruh pihak mari kita membangun Papua dan membuang hal-hal yang tidak bagus. Kita budayakan budaya demokrasi, membangun budaya dialog untuk menyelesaikan setiap permasalahan.
“Itu sekilas sejarah saya dan sampai saat ini saya sudah berada bersama dengan Pemerintah RI dan aparat keamanan TNI-Polri di tengah-tengah masyarakat,” ujar Lambert mengakhiri kisah hidupnya.