Jakarta – Sebelum memulai agenda kerja di Surabaya, Kepala Staf Kepresidenan RI Dr. Moeldoko berziarah terlebih dulu ke makam pahlawan nasional Bung Tomo, di TPU Ngagel, Selasa (22/3).
“Sebentar lagi kan ramadan. Dan tradisi sebelum ramadan berziarah ke makam. Bung Tomo ini kan bapak bangsa, jadi sudah jadi kewajiban saya sebagai mantan prajurit untuk berziarah di sini (makam Bung Tomo),” jelas Moeldoko.
Sebagai informasi, Bung Tomo merupakan pahlawan dalam pertempuran 10 November 1945. Meski dinobatkan sebagai pahlawan nasional, Bung Tomo memilih dimakamkan di tempat pemakaman umum karena ingin dekat dengan rakyat.
Dari pantauan tim media KSP, posisi makam Bung Tomo berada di dekat pintu masuk, dan dikelilingi ribuan makam lain. Di depan pintu masuknya, terpasang bendera merah putih, dan terpasang papan bertuliskan “Makam Pahlawan Nasional Bung Tomo (1920-1981), serta kutipan naskah pidato Bung Tomo.
Moeldoko memandang, Bung Tomo adalah sosok orator yang terkenal dengan semboyan ” merdeka atau mati dan sekali merdeka tetap merdeka”. Semboyan tersebut, kata dia, mengandung makna bahwa merdeka harus dimaknai sebagai sebuah kedaulatan, kebebasan demokrasi, dan kemanusiaan.
“Jangan membelokkan makna merdeka. Jangan merdeka untuk diri sendiri tapi mati bagi orang lain,” tegasnya.
Moeldoko juga mengaku prihatin, bahwa saat ini makna merdeka banyak disalahartikan dengan kebebasan untuk diri sendiri, dan meniadakan nilai-nilai kemanusiaan. Akibatnya, tutur dia, kata merdeka justru dimaknai untuk merenggut kebebasan orang lain.
“Ini harus diwaspadai kita semua. Sebab, kata merdeka dan kebebasan sering dijadikan pembenaran untuk menabrak nilai-nilai kemanusiaan,” ucapnya.
Dalam Kunjungan kerja di Jawa Timur, Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko juga akan menghadiri Dies Natalis Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, sekaligus meresmikan prasasti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Rumah Ibadah ITN.