Jayapura – Masyarakat di Provinsi Papua diimbau agar tidak terpengaruh dengan isu 1 Desember yang sengaja dihembuskan oleh kelompok-kelompok yang berseberangan dengan pemerintah, karena dinilai hanya akan merugikan saja.
Imbauan ini dengan tegas disampaikan oleh George Awie, Ketua LMA Port Numbay di Kota Jayapura, Selasa (30/11) menanggapi isu hangat yang kian gencar di sosial media juga tengah masyarakat.
“Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat agar jangan terpengaruh dengan penaikan bendera atau lain sebagainya, sebab tanggal 1 itu adalah hari peringatan AIDS sedunia,” tegasnya George Awi.
Bahkan, ia meminta masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa saja, sebagaimana keseharian dan tidak perlu takut apalagi terpengaruh dengan ajakan yang menyesatkan dan bisa membuat susah.
“Jadi, masyarakat jangan terpengaruh dengan isu yang dibuat untuk memecah belah persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa, jalankan pekerjaan atau tugas seperti hari-hari biasa lainnya,” pesannya.
Sebelumnya, imbauan yang sama juga disampaikan oleh anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) menegaskan bahwa 1 Desember yang biasa diklaim sebagai HUT Papua Barat adalah hal yang salah dan keliru, apalagi dia sebagai saksi sejarah.
“1 Desember yang selama ini diklaim sebagai HUT Kemerdekaan Papua Barat, adalah kekeliruan dan juga penipuan sejarah yang terus dipelihara hingga saat ini,” kata Herman Yoku, Jumat (26/11).
Untuk itu. ia meminta agar semua pihak paham soal sejarah dan tidak setengah-setengah untuk memaknainya sehingga tidak salah dalam menilai suatu hal.
“Hal inilah yang tidak dipahami oleh generasi saat ini yang masih percaya bahwa 1 Desember adalah kemerdekaan Papua Barat, itu salah,” tandas Herman Yoku.
Dikatakan, pada tahun 1963, Integrasi Irian (Papua) ke NKRI saat masa peralihan, penjajah Belanda tidak ingin angkat kaki dari Irian atau Papua.
“Sehingga berbagai cara digunakan untuk menganggu kedaulatan NKRI dengan menciptakan Bendera Bintang Kejora yang diambil dari Bendera Club Sepak bola Nafri dan dijadikan sebagai bendera bangsa West Papua. “Inilah yang tidak diketahui,” ungkapnya. (Tiara)