JAYAPURA, – Nama Oto Gideon Wantik masih terbilang baru dalam kontingen Papua, meskipun ia merupakan putra asli Wamena, Papua. Oto cukup lama meninggalkan kampung halamannya dan merantau di Pulau Borneo (Kalimantan) selama 15 tahun.
Menariknya, Oto bahkan mengaku belum pernah melihat Kota Jayapura hingga 2019 lalu saat bergabung pertama kali dengan kontingen Papua.
Oto mulai tertarik menggeluti dunia binaraga sejak tahun 2004. Ketika itu, ia berada di Kalimantan Timur, melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi theologia.
Pria kelahiran Wamena, 3 Oktober 1985 itu tak pernah menduga kalau dirinya akan menjadi seorang atlet yang tampil di depan orang banyak. Karena sebelumnya, ia hanya sekadar hobi berolahraga di Gym untuk menjaga kebugaran.
“Saya di Kalimantan Timur itu dari 2004 sejak lulus SMA dari Wamena, sampai dengan 2019. Sebelumnya saya tidak pernah lihat Jayapura karena waktu itu saya langsung ke Kaltim pakai pesawat hercules. Di sana saya kuliah ambil jurusan pastoral pemuda di teologia. Sewaktu kuliah saya dapat pengenalan lingkungan dan kenal teman-teman di sana lalu saya mulai menggeluti olahraga,” kata Oto.
Tahun 2005, Oto mengikuti kejuaraan pertamanya di Jawa Timur sebagai binaragawan. Di iven itu, ia finis di posisi keempat. Lalu di tahun 2006 dan 2007 dia mengikuti kejuaraan daerah di Kalimantan Timur dengan hasil juara 3 dan juara 1 di kelas 60 kg.
“Banyak iven-iven daerah yang sudah saya ikuti sewaktu di Kalimantan dan hasilnya saya sering dapat juara. Di Bali tahun 2010 saya mendapatkan juara 1 di kelas 65 kg,” ujarnya.
Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau tahun 2012 menjadi PON pertamanya membela Kalimantan Timur. Di debutnya itu, Oto menempati urutan ketiga atau hanya mendapatkan medali perunggu. Prestasi tertinggi akhirnya ia capai tahun 2016 silam. Saat mengikuti Pra PON Jawa Barat, Oto berhasil menempati peringkat pertama. Ia pun tampil di PON XIX Jawa Barat, tahun 2016 silam.
Di PON Jabar itu, Oto sebenarnya hanya finis di peringkat ketiga, tapi akhirnya medali emas menjadi miliknya, setelah peringkat pertama dan kedua terjerat kasus doping.
“Waktu itu saya minta maaf kepada Tuhan karena ekspektasi saya terlalu tinggi. Tapi Tuhan begitu baik memberikan saya medali emas saat itu dengan cara yang tidak terduga,” kenangnya.
Setelah 15 tahun merantau di Kalimantan Timur, Oto akhirnya memutuskan kembali ke tanah leluhurnya, Papua. Meski dia adalah peraih medali emas di PON sebelumnya, namun Oto tetap mengikuti seleksi untuk bisa menembus skuad Binaraga Papua di PON XX.
“Saya memutuskan bergabung ke Papua karena saya asli Papua dan punya kerinduan, dan saya merasa bangga kalau bisa bawa nama Papua di rumah sendiri, dan waktu ikut PON di Jawa Barat saya sudah berdoa untuk bergabung ke Papua,” ucapnya.
Tekad kuat dari Oto Wantik untuk mempersembahkan medali emas bagi tanah leluhurnya akhirnya terbayarkan. Oto menyumbangkan 1 dari 3 medali emas Papua yang diperebutkan dalam 7 nomor pertandingan olahraga binaraga PON XX di Auditorium Universitas Cenderawasih (Uncen), 4 Oktober 2021.
Oto Gideon Wantik merebut emas pertamanya untuk Papua di kelas 65 kg. Rasa syukur dan haru menyelimuti wajahnya ketika itu.
“Segala puji hormat kepada Tuhan, tentunya ini tidak mudah bagi saya, yang pertama untuk kemuliaan Tuhan, yang kedua medali emas ini untuk hadiah ulang tahun saya. Saya putra Papua, anak koteka bisa membuktikan bahwa kitorang bisa bersama Tuhan, memberikan yang terbaik bagi negeri kita, tanah leluhur kita,” kata Oto.
“Terima kasih atas dukungan doa dari keluarga yang dari jauh-jauh datang dari Wamena lewat jalur darat hanya untuk saksikan iven bersejarah ini di PON XX Papua, terima kasih,” tuturnya. (humas pb pon papua)