MERAUKE,ARAFURA,-Wakil Bupati Merauke, H.Riduwan, S.Sos, M.Pd mengemukakan bahwa kurikulum Responsibility, Emphaty, Social, Powerful, Entrepreneurship, Culture, and Trust (Respect) dan program Informasi, Sosialisasi Edukasi (Inisiasi) patut mendapatkan apresiasi karena dapat menambah wawasan tentang pentingnya pendidikan luar sekolah di Indonesia yang harus diperhatikan dengan lebih serius dan tidak dipandang sebelah mata. Ia mengharapkan kedua program tersebut dapat terus didukung sehingga lembaga pendidikan luar sekolah yang ada dapat berkembang dengan lebih baik dan memberikan pelayanan yang maksimal. “Pemerintah harus mendukung program-program ini termasuk dukungan prasarana yang pelan-pelan mulai dilengkapi hingga ketersediaan tenaga pengajar maupun pengelola.
Sebab ini akan terintegrasi dengan kecakapan hidup sehingga program ini sangat bagus diterapkan di Merauke dan Papua pada umumnya,”jelas Wabup saat melaunching kurikulum Respect dan program Inisiasi di Kitong Bisa Learning Centre (KBLC) Merauke Selasa lalu. Wabup menambahkan, generasi muda diharapkan dapat belajar sambil menekuni keahlian bidang pengembangan sumber daya manusia yang bisa menghasilkan. Sementara itu Rika Rismawati selaku Koordinator Fungsi Peserta Didik Dirjen Paud Dikdas Dikmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam sambutannya secara virtual menyampaikan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Kitong Bisa dan mengharapkan dapat berjalan dengan baik. Kurikulum yang diluncurkan adalah satu hal yang luar biasa dan ia meyakini akan mampu memberikan hasil yang positif. Dijelaskan, pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pendidikan nasional berfungsi untuk pengembangan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan formal maupun non formal dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pada kesempatan yang sama, CEO Kitong Bisa Foundation, Billy Mambrassar menyampaikan bahwa Respect hadir untuk menjangkau peserta didik non formal di Papua. Yayasan Kitong Bisa secara resmi telah meluncurkan kurikulum tersebut untuk pendidikan non formal di KBLC Merauke. Merupakan implementasi dari visi yang disusun pengajar pendidikan non formal dalam workshop pendidikan 3T di Bekasi pada tahun 2020. Turut pula dilaunching video Generasi Emas (Gema) dari PT. Bio Farma selaku mitra dari Yayasan Kitong Bisa. Tema Video yang diambil adalah Inisiasi yang dikemas secara menarik agar bisa dinikmati oleh masyarakat tentang pentingnya menjaga 5M di era pandemi. Billy berharap akan banyak yayasan dan lembaga lain yang juga fokus terhadap pendidikan nonformal di Indonesia sehingga mampu menjangkau peserta didik yang lebih luas.
Dalam acara tersebut, Ester Yermina Beay selaku Leader KBLC Merauke juga mengungkapkan bahwa ia bersama rekan-rekan yang lain merupakan pengurus baru dan fokus di dua titik, yaitu di kawasan Kuda Mati dan Mangga Dua. Kegiatan sudah berjalan selama 5 bulan namun sempat tidak bisa full karena pengaruh lock down sehingga hanya 3 bulan yang benar-benar full time, terhitung mulai April, Mei dan Juli. Pihaknya sangat bersyukur akhirnya kurikulum Respect dapat dilaunching. “Kami memiliki latar belakang sebagai ibu rumah tangga dan ada pula yang masih berstatus sebagai guru kontrak. Ketika kami diminta untuk melanjutkan pendidikan non formal di Kota Merauke, memang kami masih baru dan jujur belum terlalu memahami. Namun seiring berjalannya waktu selama 5 bulan tersebut akhirnya kami bisa lebih mengerti,”pungkasnya.**