MERAUKE,ARAFURA,-“Tugas yang saya laksanakan adalah amanah, berapa lamapun ditugaskan semua kita jalankan dengan baik. Semua tergantung pimpinan dan sebagai polisi saya siap dipindahkan kapan saja. Yang terpenting, di setiap tempat saya bertugas, saya akan berupaya memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan apa yang saya lakukan memang sesuai dengan fakta di lapangan termasuk soal pendidikan,”demikian ungkapan tulus dari seorang Kapolsek Bupul, Ipda M.Aris Dianto, SH dalam pertemuan dengan pihak DPRD Merauke dan sejumlah instansi terkait guna membahas tentang kelanjutan pendidikan inklusif yang tengah diterapkan di Kabupaten Merauke. Seperti yang diketahui, dirinya juga menggagas pendidikan non formal yang diperuntukkan bagi masyarakat putus sekolah di kawasan perbatasan dengan menggandeng beberapa guru dari SMAN 1 Merauke.
Dijelaskan bahwa setiap minggunya, yakni Hari Kamis dan Jumat, guru dari SMAN 1 datang untuk membantu mengajar. Dengan segala keterbatasan ia berupaya untuk melengkapi kekurangan yang ada sebab menurutnya, saudara-saudara yang ada di perbatasan juga mempunyai hak karena mereka adalah anak negeri ini. “Sebagai saudara saya memiliki kewajiban untuk memperhatikan mereka dan tidak ada tendensi apapun, karena yang menjadi kebahagiaan saya ketika melihat mereka bisa berhitung. Mereka dapat belajar dengan gembira, itulah kebahagiaan saya,”ujar Ipda Aris. Mereka ternyata sangat antusias untuk belajar. Dalam perjalanannya, ternyata ada tiga anak asli dari kampung setempat sudah mengenyam pendidikan hingga kelas 3 SMK. Namun karena tidak mampu membayar uang praktek sehingga mereka tidak bisa didaftarkan sebagai peserta ujian.
Tidak patah semangat, Ipda Aris lalu berkonsultasi dengan Kepala SMAN 1 Merauke, Sergius Womsiwor terkait dengan nasib ketiga anak tersebut. Akhirnya setelah menunggu kurang lebih 3 minggu, dirinya mendapatkan kabar bahwa Kepala Sekolah SMKN 2 Merauke bersedia untuk membantu ketiga anak tersebut. “Saya bersyukur mereka ada yang menampung dan mereka sangat senang karena bisa bersekolah lagi,”jelasnya. Selanjutnya, ketika berkunjung ke Kampung Kweel, ia bertemu dengan salah satu anak yang merupakan lulusan Satap Wasur dengan kondisi orang tua yang juga serba dalam keterbatasan. Padahal berbagai upaya telah dilakukan oleh sang ayah agar anaknya itu bisa melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Akhirnya anak tersebut mendapatkan perhatian, tidak hanya untuk dapat kuliah saja tetapi juga diperbantukan di SMAN 1 karena yang bersangkutan juga dikenal sebagai atlet basket. Yang lebih menggembirakan lagi, anak ini berhasil lolos tes untuk sekolah keluar negeri dan sekarang berada di Jayapura.
Sementara itu Wakil Ketua II DPRD Merauke, Dominikus Ulukyanan menyampaikan apresiasi atas langkah yang dilakukan oleh sosok polisi tersebut. Menurutnya, semua yang hadir dalam pertemuan tersebut pada dasarnya memiliki kepentingan yang sama, yaitu membangun pendidikan di daerah ini. Banyak figur yang pernah ‘bertarung’ di wilayah pedalaman sejak sekian lama demi memajukan pendidikan di tengah keterbatasan yang ada. Anak-anak di pedalaman harus belajar dengan fasilitas yang minim namun sebenarnya ada keinginan yang kuat untuk menjadi pintar. “Orang lain bisa menilai orang dengan pikiran dan logika namun orang Papua menilai orang dengan hati, itu bedanya. Pak Kapolsek sangat luar biasa, saya akui itu,”jelas Dominikus. Menurutnya, dibutuhkan orang-orang yang peduli terhadap anak-anak Papua dan pendidikan sehingga tidak terputus.**