Jayapura – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Papua menggelar kegiatan Festival Sharia Local Economy (Salam) Papua 2021 secara virtual dengan menggunakan platform Zoom.
Festival Salam Papua 2021 merupakan acara tahunan dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Road to Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Kawasan Timur Indonesia di Gorontalo.
Kegiatan Festival Salam Papua 2021 dilaksanakan untuk meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan syariah bagi masyarakat di Provinsi Papua. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 2 hari (22-23 Juli 2021).
Kepala BI Perwakilan Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga mengatakan, kegiatan Salam Papua 2021 diharapkan memberikan dampak pada tiga hal yaitu, pertama, peningkatan literasi masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah, kedua, peningkatan kapasitas UMKM dan pesantren dalam implementasi instrumen pasar keuangan syariah, dan ketiga, business matching bersama lembaga keuangan formal melalui pembiayaan kepada 50 UMKM.
Dia menambahkan, perekonomian Papua merupakan salah satu dari 10 provinsi di Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan positif pada triwulan I 2021, dengan pertumbuhan PDRB sebesar 14,28 persen secara year on year atau yoy.
“Akan tetapi pertumbuhan tersebut didominasi oleh sektor pertambangan. Apabila menghilangkan sektor pertambangan, Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua tercatat justru mengalami kontraksi sebesar -3,76 persen secara yoy,” ucap Naek.
Terkait hal tersebut, Naek mengatakan, perlu dilakukan pengembangan pada sektor non-tambang sebagai pendukung perekonomian Provinsi Papua. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah pengembangan di sektor Ekonomi dan Keuangan Syariah.
Potensi pengembangan sektor Ekonomi dan Keuangan Syariah dapat dilihat pada porsi pembiayaan syariah yang baru mencapai Rp582,7 miliar atau 1,6 persen dari total kredit, namun dengan tingkat Non Performing Loan (NPL) yang berada pada 0,44 persen lebih rendah dari NPL kredit konvensional.
“Potensi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dapat dikembangkan dengan dukungan dan komitmen dari Pemerintah Daerah dan stakeholders terkait,” ujarnya.
“Bank Indonesia turut serta berperan dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah melalui pemberdayaan ekonomi syariah, pendalaman pasar keuangan syariah, serta penguatan riset, asesmen, dan edukasi ekonomi dan keuangan Syariah,” lanjut Naek.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala KPw BI Provinsi Sulawesi Selatan, Budi Hanoto, serta 2 orang pembicara yakni Pendiri Masyarakat Ekonomi Syariah, Iwan Pontjowinoto dan Ketua Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN) Wilayah D.I. Yogyakarta, K.H. Mohamad Khoeron.
Budi Hanoto menyampaikan bahwa ekonomi syariah saat ini telah menjadi primadona baru dari fenomena ekonomi global.
Dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai 5 triliun Dolar AS dan tingkat pertumbuhan tahunan mencapai 3 persen, negara-negara di dunia berlomba-lomba dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
“Tidak hanya negara dengan mayoritas penduduk muslim, negara-negara dengan mayoritas penduduk non-muslim pun ikut berlomba dalam memaksimalkan potensi tersebut, seperti Thailand yang memposisikan diri sebagai dapur halal dunia, Korea Selatan sebagai pusat moslem friendly travel, serta Australia dan Brazil sebagai produsen daging sapi halal terbesar di dunia,” jelas Budi.
“Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, tentu memiliki potensi pengembangan ekonomi syariah baik di regional maupun global. Dalam laporan State of the Global Economy (SGIE) 2020/2021, Indonesia termasuk ke dalam top 5 player pada sektor Islamic Finance, Muslim Friendly Travel, dan Modest Fashion,” lanjutnya.
Budi menyebut, dalam rangka mendukung pengembangan eksyar, pada tahun 2017 telah diluncurkan kerangka Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia. Dengan visinya menuju “Indonesia yang Mandiri, Makmur dan Madani dengan Menjadi Pusat Ekonomi Syariah Terkemuka Dunia” maka sinergi dan kolaborasi yang erat antar institusi akan tercapai.
“Terutama dalam menjalankan strategi dan program pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang dibangun dalam 3 pilar yaitu Penguatan Ekonomi Syariah, Pendalaman Pasar Keuangan Syariah serta Penguatan Riset, Asesmen dan Edukasi,” jelasnya. (Zul)